REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan China berencana membangun stasiun luar angkasa bersama di bulan. Badan antariksa Rusia, Roscosmos mengatakan, mereka telah menandatangani perjanjian dengan Administrasi Luar Angkasa Nasional Cina (CNSA) untuk mengembangkan "kompleks fasilitas penelitian eksperimental yang dibuat di permukaan dan atau di orbit bulan".
CNSA mengatakan proyek itu terbuka untuk semua negara yang tertarik dan mitra internasional. Para ahli menilai ini akan menjadi proyek kerja sama luar angkasa internasional terbesar China hingga saat ini.
Chen Lan, seorang analis independen yang berspesialisasi dalam program luar angkasa Cina mengatakan, kerja sama stasiun luar angkasa bersama di bulan adalah "kesepakatan yang besar". "Ini akan menjadi proyek kerja sama luar angkasa internasional terbesar bagi Cina, jadi ini sangat penting," kata Lan, dilansir Aljazirah, Rabu (10/3).
Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin akan mengundang Kepala CNSA Zhang Kejian untuk menyaksikan pendaratan modern pertama Rusia di bulan yang dijadwalkan pada 1 Oktober. Ini adalah pendaratan bulan pertama yang diluncurkan oleh Rusia sejak 1976.
Rusia pernah menjadi yang terdepan dalam perjalanan luar angkasa, dengan mengirim orang pertama ke luar angkasa. Namun ambisi kosmiknya telah redup karena pembiayaan yang buruk dan korupsi. Akibatnya, pengembangan misi luar angkasa Rusia disalip oleh China dan Amerika Serikat (AS).
Tahun ini, Rusia merayakan ulang tahun ke-60 penerbangan luar angkasa pertama yang diawaki oleh warga Rusia. Seorang kosmonot, Yuri Gagarin menjalankan misi ke luar angkasa pada tahun 1961. Dua tahun kemudian Valentina Tereshkova, menjadi wanita pertama yang menginjakkan kaki di luar angkasa.
Tahun lalu, Roscosmos kehilangan kendali untuk penerbangan awak ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), setelah keberhasilan misi pertama dari perusahaan AS, SpaceX. Sementara tahun lalu, China meluncurkan Tianwen-1 ke Mars yang saat ini mengorbit di Planet Merah. Kemudian, pada Desember berhasil membawa sampel batuan dan tanah dari bulan kembali ke bumi. Rusia berharap kerja sama pembangunan stasiun luar angkasa dapat menjadi pijakan bagi Moskow untuk merebut kembali kepemimpinan dalam misi luar angkasa.