REPUBLIKA.CO.ID, Tanggal 8 Maret lalu diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Melalui perhelatan akbar skala dunia ini, perempuan diseru untuk berdaya dan menjadi pionir kemajuan di masyarakat. Perempuan diharuskan mengambil peran-peran strategis di wilayah publik.
Bukan hanya terkungkung di ruang domestik. Selain itu, diharapkan tak ada lagi kekerasan berbasis gender.
Ya, perempuan hari ini memang sudah tak asing dengan segala macam profesi. Pun, tak ada yang salah dengan label perempuan bekerja. Namun, yang perlu digarisbawahi, hal tersebut dilakukan dengan tidak melalaikan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.
Ia bekerja dalam rangka pengembangan profesionalitas dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Tak seperti kebanyakan perempuan dalam lingkaran kapitalisme hari ini, yang berkiprah hanya untuk eksistensi diri.
Mereka meraup materi sebanyak mungkin sebagai puncak kebahagiaan. Belum lagi yang terjun ke ranah publik hanya sebagai bentuk persaingan atau keinginan tampil setara dengan kaum laki-laki.
Sungguh, eksistensi kaum hawa tak pantas diukur dengan hal-hal demikian. Sebab, secara hakiki, apa pun profesi yang digeluti oleh perempuan dalam ranah publik, statusnya sebagai ibu dan pengatur rumah tetap jauh lebih mulia.
PENGIRIM: Hasni Tagili, Konawe, Sulawesi Tenggara