REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Perusahaan otomotif asal Cina, Geely akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik (EV), dengan kapasitas produksi tahunan yang rencananya mencapai sebesr 42 gigawatt jam (GWh) di Ganzhou, Cina. Rencana ini diumumkan pada Senin (15/3).
Langkah tersebut nampaknya ditujukan untuk memperluas jajaran kendaraan listrik Geely di pasar dunia. Secara keseluruhan, total investasi dalam proyek perusahaan ini dilaporkan mencapai 30 miliar yuan atau sekitar 46,1 miliar dolar AS.
Grup teknologi Geely sebelumnya telah berinvestasi pada pembuat baterai EV Farasis yang berbasis di Ganzhou. Rencana pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik ini datang setelah perusaahaan mengumumkan kerja sama yang bertujuan mengubah pembuat mobil menjadi produsen kontrak EV, sekaligus penyedia layanan teknik.
Langkah tersebut dinilai sebagai upaya untuk bersaing dari Tesla Inc yang terlebih dahulu mengembangkan EV dan memimpin dalam pasar dunia. Geely merupakan perusahaan otomatif asal Cina yang memiliki Volvo Cars dan 9,7 oersen saham di Daimler AG, bersaing dengan Great Wall dan Nio Inc.
Pemerintah Cina telah dengan gencar mempromosikan kendaraan energi baru (NEV), seperti mobil bertenaga baterai, plug-in bensin-listrik, dan mobil sel bahan bakar hidrogen. Langkah ini menjadi tanggapan terhadap masalah lingkungan seperti polusi udara kronis, yang kemudian memicu minat dari perusahaan teknologi dan investor.
Cina memperkirakan NEV akan menghasilkan 20 persen dari penjualan mobil tahunannya pada 2025 dari sekitar lima persen pada 2020.