REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kurang lebih sudah satu tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Salah satu dampak yang ditimbulkannya adalah perubahan kebiasaan belajar dengan tatap muka menjadi belajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh.
“Maka, selama kurang lebih setahun ini kita semua merasakan bagaimana kesulitan-kesulitan belajar kita temui, baik dalam menangkap mata pelajaran maupun kondisi jaringan internet, dan masih ada lagi kendala-kendala yang lainnya,” kata Kepala SMA Bosowa Bina Insani (BBI) Dedi Supriyadi SAg, MPd dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (16/3).
Ia menambahkan, pemerintah dari awal sudah menegaskan dua hal penting terkait pembelajaran. Yang pertama adalah terpeliharanya kelangsungan pendidikan, dan yang kedua adalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Di awal semester 2, kata Dedi, SMA BBI Bogor sudah mempersiapkan pembelajaran tatap muka. “Tetapi, karena grafik penderita Covid-19 kian meninggi, maka kita mengikuti masukan dan saran orangtua siswa, pihak yayasan, dan juga rekomendasi pemerintah agar sekolah sebaiknya menunda kegiatan belajar tatap muka,” lanjut Dedi.
“Apa yang kita rasakan, apa yang kita hadapi ini merupakan bagian yang tidak bisa kita hindari. Sehingga, kita perlu mengupayakan berbagai macam cara model pembelajaran agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik,” papar Dedi.
Ia mengemukakan, salah satu yang dilakukan oleh SMA BBI adalah menggelar webinar pendidikan 2021 beberapa waktu lalu. Webinar yang mengusung tema “Strategi Efektif Mengatasi Kesulitan Belajar dan Meningkatkan Akhlak Karimah Siswa Selama PJJ” itu diprakarsai PABBI (Parents Association of Bosowa Bina Insani) SMA BBI.
Webinar itu diikuti guru, siswa dan orangtua siswa SMA BBI. Webinar yang juga dihadiri Eko Arianto (VP Bosowa School bidang pengembangan kurikulum) itu menghadirkan narasumber Anggia Chrisanti. Ia seorang psikolog anak Kemnsos RI, profesional counsellor, psychotherapist, dan talents mapping practicioner.