Kamis 18 Mar 2021 04:30 WIB

Sosialisasi Manfaat Vaksin Bagi Guru Harus Digencarkan

Hasil survei, makin muda usia guru makin banyak yang menolak divaksinasi.

Petugas kesehatan membantu mengisi formulir sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada tenaga pendidikan di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (8/3/2020). Sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, Pemerintah Kota Palembang memulai tahap vaksinasi untuk 800 orang guru dan tenaga pendidik di wilayah tersebut.
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Petugas kesehatan membantu mengisi formulir sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada tenaga pendidikan di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (8/3/2020). Sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, Pemerintah Kota Palembang memulai tahap vaksinasi untuk 800 orang guru dan tenaga pendidik di wilayah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta pemerintah untuk lebih masif melakukan sosialisasi kepada guru mengenai dampak vaksin Covid-19. Federasi temukan banyak guru berusia di bawah 50 tahun yang menolak vaksinasi.

"Mereka (guru berusia di bawah 50 tahun) belum percaya betul khasiat atau kualitas dari vaksin," ujar Wakil Sekjen FSGI Fahriza Marta Tanjung dalam paparan survei singkat tentang "Persepsi Guru Atas Program Vaksinasi" secara daring di Jakarta, Rabu (17/3).

Baca Juga

Berdasarkan survei FSGI yang diikuti oleh 2.406 guru dari 26 provinsi di Indonesia tercatat, persentase ketidaksediaan mengikuti vaksinasi Covid-19 guru usia muda cukup besar. Pada guru yang berusia 20 tahun hingga 29 tahun ada sebanyak 10,61 persen yang tidak bersedia mengikuti vaksinasi.

Lalu usia 30-39 tahun sebanyak 10,97 persen, dan pada usia 40-49 tahun sebanyak 10,51 persen. Sedangkan pada usia 50-60 tahun hanya 4,67 persen yang menyatakan tidak bersedia.

Temuan itu, lanjut dia, sejalan dengan kondisi penyebaran Covid-19 di mana orang-orang yang berusia lebih lanjut lebih rentan tertular virus Covid-19 ."Wajar jika kemudian guru-guru yang lebih berusia lebih lanjut cenderung sangat kecil ketidaksediaannya terhadap vaksinasi Covid-19," ucapnya.

Dengan demikian, ia juga meminta agar materi sosialisasi diharapkan diarahkan kepada kualitas vaksin dan efek sampingnya.

Baca juga : Ini Kata Pengamat Soal Pencatutan Pengacara oleh Demokrat

Dalam survei FSGI itu, Fahriza juga menyampaikan, sejumlah penolakan juga terjadi, khususnya berasal dari guru setingkat SMA. Berdasarkan jenjang sekolah, ia mengemukakan, guru pada jenjang sekolah SMA/SMK/MA yakni sebanyak 32,64 persen guru tidak bersedia melaksanakan vaksinasi Covid-19.

Sementara bagi guru yang berasal dari jenjang PAUD/TK sebanyak 5,96 persen, jenjang SD/MI sebanyak 5,60 persen, dan pada jenjang SMP/MTs sebanyak 8,48 persen guru tidak bersedia melaksanakan vaksinasi Covid-19. "Semakin tinggi jenjang sekolah semakin besar penolakannya," ucapnya.

Survei itu juga mendapati, sebesar 8,27 persen guru menolak untuk divaksinasi. Sementara sebesar 91,73 persen guru bersedia divaksinasi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement