Kamis 18 Mar 2021 16:09 WIB

Diet atau Olahraga, Mana yang Paling Efektif Turunkan BB?

Banyak yang keliru bahwa obesitas sepenuhnya disebabkan oleh kurangnya olahraga.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Kombinasikan diet dan olahraga agar upaya penurunan berat badan berjalan maksimal. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Kombinasikan diet dan olahraga agar upaya penurunan berat badan berjalan maksimal. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari semua upaya yang dilakukan untuk mencapai berat badan ideal, tampaknya olahraga kerap dianggap menjadi andalan. Menurut seorang pakar, Herman Pontzer, lebih banyak bukti menunjukkan, olahraga kurang berhasil menurunkan berat badan.

Menurut dia, tingkat aktivitas harian hampir tidak ada hubungannya dengan jumlah kalori yang dibakar. "Pembakaran lebih banyak energi bukan jaminan tidak akan gemuk," tulis Herman Pontzer dalam buku barunya berjudul Burn: New Research Blows the Lid Off How We Really Burn Calories seperti dilansir di laman Today, Kamis (18/3).

Kalori orang yang gaya hidupnya tidak banyak bergerak dengan yang aktif, akan membakar kalori dalam jumlah serupa. Hampir semua orang mengetahui, semakin banyak bergerak, semakin banyak pula energi yang dibakar sehingga membantu menurunkan berat badan.

"Tapi itu adalah pandangan yang salah tentang mesin metabolisme fleksibel tubuh manusia," kata Pontzer lagi.

Dia mencontohkan, orang yang memulai program peloton baru akan membakar lebih banyak kalori pada awalnya. Tetapi tubuhnya akan menyesuaikan selama beberapa bulan dan mulai menghabiskan lebih sedikit energi untuk banyak tugas lainnya seperti peradangan dan stres, reaksi, sampai semuanya kembali seperti semula.

Pontzer mempelajari orang-orang Hadza di Tanzania yang sangat aktif secara fisik. Berdasarkan hasil penelitiannya,  jumlah kalori yang terbakar sama dengan penduduk perkotaan yang tidak banyak bergerak di Barat.

Lalu, cara apa yang lebih baik untuk menurunkan berat badan? Menurut Pontzer, Anda lebih baik makan lebih sedikit dibandingkan lebih aktif. Menurut dia, diet menjadi satu-satunya strategi yang tampaknya berhasil, karena olahraga adalah alat yang sangat buruk untuk menurunkan berat badan.

Pernyataan Pontzer disanggah oleh Profesor Ilmu Olahraga dan Dekan Perguruan Tinggi Ilmu Kesehatan di University of Rhode Island, Deborah Riebe. "Program yang menggabungkan diet dan olahraga menghasilkan penurunan berat badan 20 persen lebih besar dibandingkan dengan diet saja," kata Riebe.

Dia merekomendasikan kombinasi makan lebih sedikit bersamaan dengan mendapatkan tingkat olahraga yang memadai untuk memaksimalkan penurunan berat badan pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Aktivitas fisik juga menjadi komponen penting untuk mencegah berat badan kembali.

"Baik diet dan olahraga diperlukan untuk menurunkan berat badan," ujar asisten profesor di Departemen Ilmu Gizi dan Makanan di University of Rhode Island, Maya Vadiveloo.

Menurut penelitian yang diterbitkan di British Journal of Sport Medicine, banyak orang keliru dan percaya bahwa obesitas sepenuhnya disebabkan oleh kurangnya olahraga. Padahal, pola makan yang buruk juga bisa menjadi penyebabnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement