REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah penyelidikan selama berbulan-bulan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, peternakan satwa liar di China kemungkinan menjadi sumber pandemi Covid-19. WHO akan segera merilis laporan terkait hal itu yang akan dilakukan dalam beberapa pekan mendatang.
Peternakan satwa liar ini berada di sekitar provinsi Yunnan, China selatan. Peternakan itu kemungkinan besar memasok hewan ke pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, Wuhan, tempat kasus awal Covid-19 ditemukan tahun lalu.
Hal itu diungkapkan oleh seorang ahli ekologi penyakit, Peter Daszak kepada tim WHO, yang melakukan perjalanan ke China. Beberapa dari hewan liar tersebut bisa saja tertular SARS-CoV-2 dari kelelawar di daerah tersebut.
Pada Januari, tim ahli WHO melakukan perjalanan ke China untuk menyelidiki bagaimana pandemi mematikan ini menyebar. Banyak teori konspirasi tentang penyebaran virus, termasuk menyebut virus itu lepas dari laboratorium Wuhan. Bulan lalu, WHO menepis anggapan itu.
Konsensus umum di antara para ilmuwan menyebut, virus corona beredar pada kelelawar di China Selatan ke hewan peternakan satwa liar, dan melompat ke manusia. Kemungkinan melalui spesies perantara. Itulah tepatnya yang ditemukan oleh investigasi WHO.
Peternakan satwa liar adalah bagian dari proyek yang telah dipromosikan pemerintah China selama 20 tahun, untuk mengangkat penduduk pedesaan keluar dari kemiskinan dan menutup kesenjangan pedesaan-perkotaan.
"Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun, dan tikus bambu. Dan mereka membiakkannya di penangkaran," kata Daszak kepada NPR, dilansir dari livescience, Kamis (18/3).
Tetapi pada Februari 2020, China menutup peternakan itu, kemungkinan karena pemerintah China mengira bahwa itu adalah bagian dari jalur transmisi dari kelelawar ke manusia. Pemerintah mengirimkan instruksi kepada peternak tentang bagaimana mengubur, membunuh atau membakar hewan dengan cara yang tidak menyebarkan penyakit.
Banyak dari peternakan ini membiakkan hewan yang dapat membawa virus corona, termasuk musang, kucing, dan trenggiling. Sebagian besar berlokasi dekat provinsi Yunnan, China selatan, tempat para ilmuwan sebelumnya menemukan virus kelelawar yang 96 persen mirip dengan SARS-CoV-2.