Senin 22 Mar 2021 14:46 WIB

Kongres Aksara Jawa Digelar di Yogyakarta

KAJ diharapkan dapat meningkatkan minat baca tulis Aksara Jawa.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Penulisan Aksara Jawa
Foto: blogspot.com
Penulisan Aksara Jawa

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kongres Aksara Jawa (KAJ) I digelar di Yogyakarta, Senin (22/3). Melalui gelaran ini, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap dapat meningkatkan minat baca tulis Aksara Jawa.

"KAJ Pertama ini diharapkan menaikkan minat baca-tulis Aksara Jawa," kata Sultan dalam sambutannya yang disiarkan secara virtual, Senin (22/3).

Baca Juga

Sultan menyebut, KAJ digelar sebagai upaya pemerintah daerah ikut serta dalam mengawal pelestarian dan pengembangan Aksara Jawa. Sehingga, Aksara Jawa dapat diteruskan ke generasi mendatang.

Pihaknya juga telah melakukan mendigitalisasi Aksara Jawa pada awal Desember 2020 lalu. Sebelum itu, juga telah diluncurkan aplikasi terkait baca tulis Aksara Jawa di 2013 dan 2014.

"Sampai dengan akhir tahun 2020, aplikasi tersebut telah diunduh lebih dari 10.000 orang," ujarnya.

Selain itu, mewajibkan penulisan nama di tiap kantor pemerintahan di DIY dengan Aksara Jawa juga menjadi upaya dalam melestarikan Aksara Jawa. Begitu pun dengan penggunaan busana dan Bahasa Jawa di lingkungan pemerintahan setiap Kamis Pahing.

"Hal ini sekaligus menandai peringatan haul Pahlawan Nasional Sri Sultan Hamengku Buwono IX," kata Sultan.

Ia juga mendorong agar masyarakat dalam menggunakan Bahasa Jawa di kehidupan sehari-hari. Terutama di lingkungan keluarga.

Dalam hal ini, orang tua juga berperan sebagai penutur Bahasa Jawa. Sehingga, dapat diwariskan kepada anak-anaknya.

Sementara itu, Ketua KAJ I, Amrih Prasojo mengatakan, masih ada masyarakat yang belum mengetahui Aksara Jawa. Namun, mereka yang belum mengetahui ini sudah terdaftar dan akan dilakukan sosialisasi.

Melalui kongres yang digelar di 2021 ini, dibahas terkait tinjauan tata tulis, alih bahasa, standarisasi Aksara Jawa. Begitu pun dengan memasyarakatkan Aksara Jawa juga dibahas.

"Diharapkan, kongres dapat menghasilkan putusan strategis, pengakuan negara terhadap Aksara Jawa. Sehingga, dapat diaplikasikan dan implementasi riil terhadap Aksara Jawa," kata Amrih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement