Jumat 26 Mar 2021 06:05 WIB

3 Kelompok yang Banyak Rasakan Efek Samping Vaksin Covid-19

Studi CDC sebut ada 3 kelompok yang paling merasakan efek samping vaksin Covid-19.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Studi CDC sebut ada 3 kelompok yang paling merasakan efek samping vaksin Covid-19.
Foto: AP Photo/Damian Dovarganes
Studi CDC sebut ada 3 kelompok yang paling merasakan efek samping vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua orang mengalami efek samping usai mendapatkan vaksin Covid-19. Sebagian besar orang mendapati efek samping ringan, seperti nyeri di lengan bekas suntikan atau merasa kelelahan. Namun beberapa orang lainnya tidak memiliki efek samping sama sekali.

Tetapi sebuah studi baru oleh CDC menemukan, ada tiga kelompok yang melaporkan bahwa mereka mendapat efek samping usai divaksin corona. Mereka adalah perempuan, anak muda, dan orang-orang yang pernah menderita Covid-19.

Baca Juga

Dilansir dari eatthis, Kamis (25/3), menurut sebuah studi CDC yang menganalisis bulan pertama vaksinasi, lebih dari 79 persen efek samping dilaporkan oleh perempuan, meskipun perempuan hanya menyumbang 60 persen dari vaksinasi yang diberikan. rReaksi parah anafilaksis telah dilaporkan hampir secara eksklusif oleh perempuan.

Mengapa? Para ahli masih tidak mengetahui penyebabnya. Bisa jadi hanya perempuan yang cenderung melaporkan efek sampingnya, atau perempuan meningkatkan respons kekebalan yang lebih agresif terhadap virus corona (yang juga menjelaskan mengapa lebih banyak pria meninggal karena Covid-19).

Dalam uji klinis vaksin, anak muda juga melaporkan lebih banyak efek samping daripada orang tua. Alasannya mungkin juga sama karena sistem kekebalan mereka lebih agresif.

Anak muda memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat, respons yang lebih kuat terhadap patogen yang menyerang. Dalam hal ini, akan bermanifestasi sebagai efek samping yang lebih terlihat.

Baca juga : Wiku: Kasus Kematian di 16 Provinsi Meningkat

"Kami tahu bahwa sistem kekebalan berubah seiring bertambahnya usia," kata salah seorang dokter penyakit menular di Palo Alto, California, Dr Anne Liu.

"Kami tahu bahwa anak muda (yang tertular virus corona) memiliki produksi sekelompok molekul yang disebut interferon, ini diproduksi lebih kuat yang membantu melawan virus, dan itu mungkin menjadi bagian dari alasan mengapa orang tua menjadi lebih buruk ketika tertular Covid-19,” tambah Liu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement