Jumat 26 Mar 2021 10:07 WIB

Maison Weiner Suguhkan Kelegitan Roti Eropa Zaman Belanda

Maison Weiner adalah toko roti dan kue tertua di Jakarta.

Rep: Febryan. A/ Red: Karta Raharja Ucu
Maison Weiner Cake Shop, toko roti yang berdiri sejak 1936 di Kwitang, Jakarta Pusat. Maison Weiner menjadi toko roti dan kue autentik pertama sekaligus yang tertua di Jakarta.
Foto: Republika/Febryan. A
Maison Weiner Cake Shop, toko roti yang berdiri sejak 1936 di Kwitang, Jakarta Pusat. Maison Weiner menjadi toko roti dan kue autentik pertama sekaligus yang tertua di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Dua buah mesin pembuat kue yang berusia nyaris seratus tahun menjadi penghias sudut ruangan sebuah toko roti dengan corak khas garis putih-merah di Jakarta. Maison Weiner Cake Shop, toko roti yang berdiri sejak 1936 itu hingga kini masih bertahan dengan resep roti dan kue yang sama sejak dibuka pada 83 tahun silam.

Dua mesin pembuat kue itu menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan Maison Weiner melintasi puluhan tahun legitnya bisnis kuliner di Batavia. Republika.co.id lalu menemui pemilik toko kue tertua di Jakarta tersebut, Heru Laksana. Di ruang kerjanya, Heru menjelaskan mesin pembuat kue yang dibeli neneknya secara mencicil ketika pertama kali merintis usaha, sengaja dipajang di toko roti bercat dinding warna putih itu sebagai pengingat bagi para penerusnya.

photo
Maison Weiner Cake Shop, toko roti yang berdiri sejak 1936 di Kwitang, Jakarta Pusat. Maison Weiner menjadi toko roti dan kue autentik pertama sekaligus yang tertua di Jakarta. - (Republika/Febryan. A)

Heru adalah generasi ketiga pemilik Maison Weiner. Ia merawikan, toko kue legendaris itu berdiri berawal dari saran seorang warga Belanda.

Nenek Heru, Lee Lian Mey alias Nyonya Gem mendirikan toko kue Maison Weiner pada 1936 di Jalan Kramat II Nomor 2, Kwitang, Jakarta Pusat. Usaha yang dirintis dengan mencicil pembelian alat produksi itu ternyata bertahan hingga kini dan menjadi toko kue tertua di Ibu Kota.

Heru bercerita, dahulunya Nyonya Gem bekerja di pabrik roti milik seorang Belanda yang tak diketahui namanya. Warga Belanda itu menyarankan Gem membuka toko kue sendiri karena melihat kepiawaiannya. Namun Gem tak punya modal.

Warga Belanda itu lantas menyarankan Gem untuk membeli mesin pembuat kue dengan cara dicicil di Pasar Gambir --lokasinya kini jadi kawasan Monas. "Tahun 30-an nenek saya beli mesin di sana. Bisa cicil zaman dulu. Dia mulailah dari situ," kata Heru di Maison Weiner Cake Shop pada awal Maret 2021.

Baca juga : 5 Minuman Populer yang Berdampak Buruk Bagi Jantung

Bermodalkan sejumlah mesin tersebut, Nyonya Gem menjadikan rumahnya di Jalan Kramat II No 2 sebagai tempat pembuatan kue. Saat hendak menamai usahanya, Gem kembali meminta saran warga Belanda itu. Lahirlah nama Meison Weiner.

"Mungkin Weiner itu nama dari si orang Belanda itu. Sebab, di Belanda sama Jerman banyak nama keluarga Weiner. Mungkin dia nama keluarganya Weiner," kata Heru yang memang sempat berguru membuat kue di Jerman itu.

photo
Heru Laksana memperlihatkan mesin pembuat kue tua, yang dibeli neneknya pada 1930-an silam, di Maison Weiner Ceke Shop, Jalan Kramat II Nomor 2, Kwitang, Jakarta Pusat, awal Maret 2021 - (Republika/Febryan. A)

Usaha rintisan Nyonya Gem pun mulai berjalan. Semua anggota keluarga jadi andalan untuk membantu proses produksi. Roti maupun kue yang dibuat dipasarkan dengan menitipkan di toko-toko kecil di Batavia.

Barulah pada awal dekade 80-an Nyonya Gem menjual langsung kue kepada pelanggan di rumahnya. Bagian belakang rumah tetap dijadikan pabrik pembuatan kue, sedangkan pada bagian depan dibuat sebuah toko. Di sana pelanggan bisa membeli beberapa potong kue.

Lalu Nyonya Gem meninggal dunia pada 1986. Usahanya dilanjutkan oleh sang anak yang merupakan bapak dari Heru Laksana. Sedangkan anak Nyonya Gem lainnya memilih untuk membuka usaha sendiri.

Adapun Heru mulai fokus membantu usaha keluarganya itu sejak awal 80-an. Seiring berjalannya waktu, Heru mulai memimpin lini produksi Meison Weiner. Sebab, Heru memiliki ilmu membuat kue dan roti. Dia mendapat gelar konditor meister schule dari Handwerkskammer Braunschweig, Hamburg, Jerman.

photo
Alat mixer yang digunakan sejak awal toko roti Maison Weiner berdiri, untuk mengolah adonan. Ada banyak jenis roti dan kue yang ditawarkan di toko tersebut. Mulai dari roti tawar, roti manis, croissant hingga sourdough ala Eropa. - (ANTARA/Aprillio Akbar)

Semenjak bapaknya wafat pada 2016 lalu, Heru mulai memimpin Meison Weiner sepenuhnya. Ia turut dibantu oleh seorang adik iparnya untuk mengelola usaha warisan sang nenek. Sedangkan empat saudara Heru memilih untuk membuka usaha sendiri yang kebanyakan tak berhubungan dengan dunia bakery.

Baca juga : Pengakuan Penusuk Wiranto di Hadapan Hakim

"Nenek dulu nggak ada pesan khusus ke anak cucunya. Dia hanya berharap usahanya jalan terus. Apa yang dia rintis ya bisa terus berlanjut," ungkap Heru yang kini berusia 67 tahun itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement