Sabtu 27 Mar 2021 15:35 WIB

Departemen PTN IPB University Jadi Trendsetter di Indonesia

Publikasi Departemen Ptoteksi Pertanian IPB  selalu jadi rujukan nasional.

Ilmu pengendalian hama dan penyakit tanaman IPB University jadi trendsetter di Indonesia.
Foto: Dok IPB University
Ilmu pengendalian hama dan penyakit tanaman IPB University jadi trendsetter di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Satu di antara masalah pertanian yakni tidak terkendalinya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hama dan penyakit tanaman dianggap sebagai permasalahan utama dalam sistem produksi pertanian di Indonesia yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 30 persen per tahun.

Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tidak memberikan dampak yang merugikan terhadap hasil panen baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya tersebut dimulai dengan membentuk sumberdaya manusia (SDM) yang mumpuni dan berintegritas untuk dapat mengontribusikan pengetahuannya secara komprehensif dalam penanganan hama dan penyakit tanaman.

Departemen Proteksi Tanaman atau biasa disingkat PTN, Fakultas Pertanian, IPB University telah berdiri sejak tahun 1950 dengan nama Divisi Entomologi-Fitopatologi. Perubahan nama menjadi "Departemen Proteksi Tanaman" sejak 2005.

Departemen PTN menjadi trendsetter dan sekaligus rujukan terkait sains hama dan penyakit tanaman di Indonesia. Departemen ini telah memperoleh berbagai program hibah kompetisi peningkatan mutu pendidikan. Yaitu peningkatan mutu program pascasarjana melalui Project University Research Graduate Education (URGE) pada 1997 – 2000, peningkatan mutu program sarjana dengan Project Quality Undergraduate Education (QUE) pada 2000 – 2003, dan peningkatan mutu dan relevansi menuju perguruan tinggi yang sehat, otonom, akuntabel, dan berkontribusi pada daya saing bangsa melalui Program Hibah Kompetisi B pada 2005 – 2007.

"Departemen Proteksi Tanaman memiliki keunggulan sebagai trendsetter dan rujukan mengenai sains hama dan penyakit tanaman. Publikasi yang kita hasilkan selalu menjadi rujukan nasional. Eksistennya akan selalu dibutuhkan selama pertanian itu ada,” ungkap Dr Ali Nurmansyah, ketua Departemen Proteksi Tanaman dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/3).

Dalam penjelasannya, Dr Ali menyampaikan statistik lulusan Program Studi Sarjana Proteksi Tanaman dan perannya dalam masyarakat. Secara persentase yaitu perusahaan agrokimia baik nasional maupun multi nasional (40 persen), PNS (20 persen), Badan Usaha Milik Negara (13 persen), wirausaha (13 persen), dan lainnya seperti guru, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), dan sebagainya (14 persen).

Kualitas lulusan yang dihasikan oleh Prodi Proteksi Tanaman ditunjang oleh kualitas dosen serta sistem pelayanan pendidikan maupun fasilitas yang lengkap. Departemen Proteksi Tanaman memiliki 37 dosen yang terdiri atas 3 profesor, 29 doktor, dan 8 master.

"Secara sertifikasi, kita sudah mendapatkan akreditasi A sejak tahun 1998. Pada 2013 – 2017 telah mendapatkan akreditasi internasional dari lembaga Asean University Network – Quality Assurance (AUN-QA) dan saat ini sedang menunggu penilaian oleh lembaga akreditasi internasional ASIIN," tambah Dr Ali.

Ia menyebutkan, Departemen Proteksi Tanaman berkomitmen tinggi untuk terjun dalam dunia pendidikan pertanian dengan menyelenggarakan pengajaran, penelitian, pelatihan dan pengabdian kepada masyarakat seperti pelayanan kepada petani dan masyarakat melalui Klinik Tanaman dengan mobil kliniknya.

Saat ini, Departemen Proteksi Tanaman menawarkan dua program pendidikan yaitu program sarjana dan program pasca sarjana untuk master dan doktor.

Mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman dilatih untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.  Sehingga,  mampu memberi dan mengonsep suatu rekomendasi dalam memecahkan berbagai masalah hama dan penyakit tanaman, memimpin dan mendesain sebuah penelitian terapan dalam bidang proteksi tanaman.

"Cita-cita besar untuk Departemen Proteksi Tanaman adalah lebih banyak lagi lulusan sarjana yang berkiprah di tingkat internasional, lulusan yang melek teknologi terkini (teknologi informasi, internet of things, drone dan lain-lain). Riset-riset di PTN bisa diselaraskan dengan kemajuan teknologi (Teknologi 4.0) sehingga memudahkan urusan petani dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang ramah terhadap lingkungan," tutup Dr Ali. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement