REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua perlu mengajarkan anak untuk berbuat baik sedini mungkin. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan pada tumbuh kembang anak yakni fisik, kognitif, dan sosial emosional.
"Tiga poin ini harus diperhatikan semuanya, agar anak berkembang secara optimal dan menyeluruh," ujar psikolog anak dan keluarga, Fathya Artha Utami, dalam konferensi pers virtual Bebelac, Kamis (25/3).
Pertama, para orang tua harus memastikan dahulu perkembangan fisiknya. Dalam hal ini, anak harus tumbuh sehat dengan nutrisi yang seimbang. Jadi, anak bisa menyerap semua stimulasi yang ada di sekitar lingkungan dengan optimal sehingga anak bisa tumbuh dengan cerdas.
Apabila anak menjadi cerdas, artinya perkembangan kedua yaitu kognitif, juga bertumbuh dengan baik. Yang tidak kalah penting juga adalah perkembangan ketiga, sosial emosional.
Para orang tua harus mengajarkan anak cara mengelola emosinya, dan juga menempatkan dirinya di lingkungan sosial. Salah satu kemampuan sosial yang terpenting adalah kebaikan hati.
"Ini jadi penting karena anak-anak tumbuh di dunia yang VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Jadi dunia ini tuh cepat berubah, penuh ketidakpastian, dan ambigu," kata Fathya.
Salah satu keahlian yang bisa membuat anak-anak bukan hanya bertahan tapi juga kreatif, adalah kemampuan untuk berkolaborasi dan kerja sama. Untuk bisa kolaborasi dan kerja sama dengan baik, anak-anak butuh kemampuan sosial yg baik, dan kebaikan jadi salah satu kunci.
Banyak riset yang mengatakan, dengan kebaikan, anak-anak lebih diterima oleh lingkungannya. Jadi akan lebih mudah membuat pertemanan. Biasanya kebaikan hati adalah hal yang dilakukan di luar dari diri anak itu sendiri.
Kebaikan dalam diri bisa membangun anak-anak menjadi merasa aman, merasa cukup, baru kemudian mereka bisa memberikan lebih banyak berada di luar rumah.
Menurut dia, yang tak kalah menarik yaitu dengan memberi izin anak beraktivitas ke luar rumah, anak-anak juga belajar makna dan tujuan hidup. "Ternyata lewat memberikan kebaikan, kita lebih merasa 'terisi' juga, karena dapat feedback dari luar, ada terasa manfaatnya dan kita merasa bahwa, apa yang kita lakukan ada manfaatnya," kata Co-Founder Ibu Punya Mimpi itu.
Dia menyebut, dengan tumbuhnya kebaikan dalam diri, anak-anak nantinya dapat menjadi individu yang optimistis dan lebih terbuka dengan dunia luar, lebih empati, dan memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang lebih baik. "Ketika kita melakukan kebaikan, sebetulnya dalam tubuh ada reaksi, ada hormon kortisol atau hormon stres yang menurun, dan pada akhirnya membuat diri menjadi lebih bahagia," kata Fathya.