Sabtu 03 Apr 2021 08:55 WIB

Limbah Masker Bisa Diolah Jadi Produk Gasoline

Limbah masker yang diolah menjadi gasoline adalah limbah berbahan polipropilena.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Limbah masker.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Limbah masker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok mahasiswa Politeknik Energi dan Mineral Akamigas (PEM Akamigas) yang berada di bawah naungan Kementerian ESDM kembali menorehkan prestasi. Enam orang mahasiswa tingkat 3 Program Studi Teknik Pengolahan Minyak dan Gas membawa pulang medali emas dalam ajang The 24th Moscow International Salon of Invention and Innovation Technologies "Archimedes" yang dilaksanakan pada 23-26 Maret 2021 di Moscow, Rusia, menyisihkan 600 innovative project dari 18 negara peserta lomba lainnya.

Prestasi gemilang yang diraih mahasiswa PEM Akamigas tersebut diraih berdasarkan penilaian atas presentasi produk dan pameran yang dilangsungkan secara daring. Di bawah bimbingan dosen PEM Akamigas, Zami Furqon, Tim Prodi Teknik Pengolahan Migas ini mengangkat "ProstyGas (Polypropylene-Styrene Gasoline): Conversion Disposable Mask and Styrofoam Waste Becoma Gasoline as an Alternative Fuel" sebagai materi yang dipresentasikan.

Baca Juga

"Jadi, untuk lombanya sendiri dalam bentuk presentasi (online). Kita mengirimkan video dan dinilai oleh panitia lomba. Pemerintah Rusia melarang warga asing untuk masuk ke negaranya," cerita Kartika Eka Sari Dewi, mewakili timnya di Kampus PEM Akamigas Cepu, Sabtu (3/4).

Tim yang bertanding pada ajang tersebut terdiri dari Kartika Eka Sari Dewi, Niken Puspitasari, Nurman Assauri, Muhammad Dafa Alfarel, Novita Penina Djamanmona, dan Eklesia Alfrits Constantin Lapia.

Ia pun menceritakan lebih lanjut proses inovasi yang dilakukan timnya dalam mengubah limbah masker menjadi produk gasoline. "Kita mendaftar di Januari 2021. Selama kurang lebih 2 bulan, kami melakukan uji coba metode pengolahan limbah masker berbahan polipropilena dan limbah styrofoam menjadi produk gasoline," imbuh Eka, sapaan akrab Kartika.

"Alhamdulillah kami bisa mendapat gold medal, setidaknya kerja keras kami sampai menginap di laboratorium nggak sia-sia. Yang jelas awalnya nggak nyangka banget bisa dapat gold medal dengan saingannya yang dari 18 negara," tandas Eka.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement