Ahad 04 Apr 2021 06:21 WIB

Menjaga Marwah Maritim dengan Kapal Selam Mandiri

Indonesia sudah mampu memproduksi kapal selam sendiri.

Kapal selam KRI Nagapasa.
Foto: youtube.com
Kapal selam KRI Nagapasa.

Oleh : Hiru Muhammad, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta kilometer persegi. Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta kilometer persegi adalah lautan dan 2,55 juta kilometer adalah Zona Ekonomi Eksklusif.

Untuk menjaga wilayah seluas itu bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kemampuan angkatan laut yang memiliki kapal perang dalam jumlah memadai. Termasuk di dalamnya satuan pemukul kapal selam. 

Indonesia pernah memiliki 12 kapal selam ketika masih memiliki hubungan mesra dengan Uni Soviet di pemerintahan Presiden Soekarno. Setelah berkuasanya pemerintahan orde baru, kapal selam eks Uni Soviet itu tidak beroperasi lagi akibat tidak adanya suku cadang. Sebagai gantinya muncul dua unit kapal selam tipe 209 asal Jerman pada tahun 1980an yakni KRI Cakra dan Nanggala. Kedua kapal berbobot 1300 ton itu memperkuat TNI AL dan menjaga 3,25 juta persegi lautan dan 2,55 zona eksklusif Tanah Air. Kondisi tersebut jelas jauh dari mencukupi bagi angkatan laut sebuah negara yang memiliki luas lautan sebanyak itu.

Melalu kerja sama dengan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co. (DSME) asal Korea Selatan, pemerintah berhasil membuat kapal selam baru sebanyak tiga unit yakni KRI Nagapasa, KRI Alugoro dan KRI Ardadedali. Ketiganya  merupakan kelas Chang Bogo 209/1400 yang dibuat dengan teknologi Jerman. Ketiga kapal tersebut kini telah beroperasi memperkuat TNI AL bersama dua pendahulunya, KRI Cakra dan Nanggala. Total Indonesia, memiliki lima kapal selam. Jumlah tersebut masih akan terus ditambah. Termasuk kemungkinan melanjutkan rencana pembuatan tiga unit kapal selam lainnya bersama DSME.

Selain itu, pemerintah juga telah melakukan pembicaraan dengan Naval Group asal Prancis untuk memesan kapal kelas Riachuelo. Kapal ini merupakan modifikasi dari kelas Scorpene yang telah dimiliki Malaysia dan Singapura. Selain kedua negara tersebut, India dan Brasil juga telah mengoperasikan kapal sejenis. Khusus untuk Brasil, Riachuelo telah dirancang khusus agar mampu berlayar lebih jauh dan dan membawa persenjataan lebih banyak.

Selain Prancis, Indonesia juga tertarik untuk mempertimbangkan pengadaan kapal selam 214 asal Jerman. Thyssen-Krupp Marine Systems (TKMS) telah melakukan pembahasan masalah ini dengan pemerintah Indonesia. Selama ini, Jerman telah dikenal sebagai salah satu negara yang andal dalam membuat kapal selam. Hal itu telah dibuktikan melalui ketangguhan produk U-boat semasa perang dunia ke-2 yang sempat merepotkan armada Atlantik sekutu.

Sebagai alutsista strategis, pemerintah mengupayakan agar Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri di masa mendatang melalui skema transfer of technology (ToT). Hal itu telah diawali dengan pembuatan kelas Nagapasa. Diharapkan hal serupa juga terjadi pada pembuatan kapal selam Riachuelo atau 214 asal Jerman. Kapal selam  terbukti menjadi kekuatan pemukul tangguh sejak perang dunia ke-2 yang dibuktikan banyak negara hingga saat ini. Hal itu tidak terlepas dari kemampuannya menyelam dalam waktu lama hingga kehadirannya tidak terdeteksi lawan.

Kapal selam konvensional modern selain memiliki sejumlah perlengkapan sonar, sensor, kendali senjata dan radar canggih, juga dilengkapi dengan teknologi air independet propulsion (AIP) atau air independen power yang memungkinkannya menyelam lebih lama. Hal ini membuatnya kian sulit dideteksi lawan. Karena itu kapal selam dapat digunakan untuk menyusup ke daerah lawan, melakukan kegiatan intelijen hingga melakukan serangan mendadak yang dapat merepotkan lawan. Peran ini yang membuat keberadaan kapal selam mendapat perhatian khusus di banyak angkatan laut dunia.

Hal itu berimbas pada teknologi pembuatan kapal selam juga tidak semudah membuat kapal permukaan. Selain teknologi AIP, juga rancang bangun kapal dan teknologi yang dibawanya bersifat rahasia. Karena itu terkait dengan kemampuannya menyelam di kedalaman tertentu dalam waktu lama dan mengatasi tekanan air di laut dalam yang sangat besar. Kapal selam modern selain senyap juga harus mampu melaju dalam kecepatan tinggi sambil membawa beragam jenis persenjataan dalam jumlah besar. 

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto yang meresmikan penyerahan kapal selam KRI Alugoro produksi PT PAL beberapa waktu lalu adalah bukti bahwa Indonesia mampu memproduksi kapal selam. Meski proses pembuatannya sejak negosiasi hingga produksi memakan waktu lama, namun prestasi ini menjadi lompatan besar bagi industri strategis militer Tanah Air. Hal ini akan membuka peluang untuk memproduksi kapal selam generasi berikutnya yang lebih canggih sehingga kekuatan maritim Indonesia kian diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement