REPUBLIKA.CO.ID --- Oleh Zaki Shaikh*
LONDON -- Kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke enam negara di Timur Tengah terjadi pada saat Amerika Serikat (AS) berusaha keras untuk mengeluarkan Beijing dari perdagangan teknologi di wilayah seberang Samudra Atlantik.
Waktu kunjungan Menlu China juga memiliki arti penting bagi permintaan Iran kepada Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan China – soal Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran - untuk mengusulkan insentif ekonomi alternatif untuk mengimbangi sanksi AS.
Beijing berharap bahwa upayanya di kawasan ini dan terutama keterlibatannya dengan Iran akan mendorong para penandatangan kesepakatan JCPOA untuk mencari ruang pencapaian jalan tengah untuk membawa pihak-pihak sekali lagi ke meja perundingan mengenai program nuklir Iran.
Dengan cara demikian, China ingin memperluas pengaruhnya di kancah internasional dengan memposisikan diri sebagai pihak pemecah masalah untuk menyelesaikan masalah yang terjebak di jalan buntu.
Ketika negara-negara lain melakukan pendekatan untuk memberikan tekanan militer pada Iran, Beijing mendorong keterlibatan Teheran secara diplomatis dan dengan demikian berkontribusi untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, banyak negara senang melihat China memainkan peran yang lebih signifikan dalam urusan regional.
Jangkauan China di Timur Tengah terjadi saat kawasan tersebut mengeksplorasi jalur baru pembangunan dan pemerintahan. Negara itu mencoba untuk memajukan proses perdamaian Timur Tengah dan mempromosikan kerja sama di Teluk Persia.
Kementerian Perdagangan China mengatakan negara itu akan melakukan upaya untuk melindungi kesepakatan nuklir Iran dan mempertahankan kepentingan sah hubungan Sino-Iran.
Dari perspektif China, kawasan itu harus keluar dari bayang-bayang persaingan geopolitik kekuatan besar untuk secara mandiri menjalankan kebijakannya dan menolak tekanan dan campur tangan eksternal.
Negara ini juga ingin para pemain regional mengikuti pendekatan inklusif dan rekonsiliasi untuk membangun arsitektur keamanan yang mengakomodasi kepentingan sah semua pihak.
Kembalikan komitmen nuklir
Wang meminta AS untuk mengambil tindakan konkret untuk meringankan sanksi sepihak terhadap Iran dan berhenti mengejar yurisdiksi lengan panjangnya atas pihak ketiga.
Dia juga meminta Iran untuk kembali memenuhi komitmennya pada masalah nuklir. Wang menyarankan agar masyarakat internasional juga mendukung upaya negara-negara kawasan untuk menjadikan Timur Tengah sebagai zona bebas nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya.
Lebih lanjut, kata dia, untuk pendekatan konsensual, semua pihak harus membahas dan merumuskan rute dan jadwal pelaksanaan JCPOA.
China memproyeksikan dirinya sebagai pembela, pembangun, dan kontributor yang gigih untuk tatanan internasional saat ini.
Kolaborasi apa pun di masa depan dalam menangani masalah seperti perubahan iklim dan masalah nuklir Iran menggarisbawahi peran penting China sebagai mediator. Karena Iran ingin AS kembali ke kesepakatan nuklir, China mungkin memainkan peran kunci dalam memfasilitasi negosiasi semacam itu.
Li Haidong, seorang profesor hubungan internasional di China Foreign Affairs University, mengatakan bahwa tidak ada aktor global besar lainnya yang dapat menghalangi partisipasi dan upaya koordinasi China.
Sumber: https://www.aa.com.tr/id/berita-analisis/opini-china-ingin-perluas-pengaruhnya-di-timur-tengah/2192147