Jumat 09 Apr 2021 03:20 WIB

Pakar: Terapi Anak Autis Harus Perhatikan Kenyamanan

Pakar menyebut terapi yang berlebihan justru tidak baik untuk anak autis

Seorang anak penderita autisme merangkai manik-manik untuk di jadikan gelang (ilustrasi) Psikiater dan Ketua Yayasan Autisma Indonesia dr. Melly Budhiman meminta para orang tua yang memiliki anak autis agar melakukan terapi secara rutin namun tetap memperhatikan kenyamanan anak.
Foto: Antara/Dewi Fajriani
Seorang anak penderita autisme merangkai manik-manik untuk di jadikan gelang (ilustrasi) Psikiater dan Ketua Yayasan Autisma Indonesia dr. Melly Budhiman meminta para orang tua yang memiliki anak autis agar melakukan terapi secara rutin namun tetap memperhatikan kenyamanan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikiater dan Ketua Yayasan Autisma Indonesia dr. Melly Budhiman meminta para orang tua yang memiliki anak autis agar melakukan terapi secara rutin namun tetap memperhatikan kenyamanan anak.

"Banyak orang tua yang menginginkan anaknya cepat maju, kemudian terapi ini, terapi itu, si anak kan butuh waktu juga untuk istirahat, untuk bermain," kata dr. Melly saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, terapi yang berlebihan tidak baik untuk perkembangan sang anak."Ada orang tua yang dalam sehari nonstop delapan jam terapi anaknya, waduh kasihan amat," katanya.

Melly juga menyarankan orang tua sebaiknya memberikan perhatian lebih besar kepada anak autis. Jika kedua orang tua bekerja, sebaiknya ibu mau berkorban untuk tidak bekerja sementara waktu demi mendukung tumbuh kembang anak.

Ia menambahkan mempercayakan anak autis kepada pengasuh bisa berisiko anak dapat diperlakukan secara tidak baik lantaran perilaku anak yang bisa membuat kesal pengasuhnya. Bagi para orang tua diharapkan memperhatikan perkembangan anaknya dan tidak ragu memeriksakannya ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang jika merasa anaknya mengalami keterlambatan perkembangan.

"Jangan ragu-ragu atau jangan malu untuk pergi ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang karena makin cepat ditangani, makin baik," kata pakar autisme ini.

Melly menjelaskan beberapa ciri anak autis yaitu terlambat dalam perkembangan komunikasi, sosialisasi dan perilaku."Terlambat dalam perkembangan komunikasi, terlambat dalam perkembangan sosialisasi dan terlambat dalam perkembangan perilaku, itu (autisme) sudah bisa didiagnosa pada umur dua tahun," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement