REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah metode mulai dari konvensional, laser, atau electric couter, dan klamp bisa menjadi prosedur pilihan ketika seseorang ingin dikhitan. Bagi laki-laki dewasa, prosedur apakah yang paling dianjurkan?
"Dulu awalnya sunat dengan cara konvensional. Didahului anestesi, terus dipotong sedikit dari atas dulu bagian kanan, melingkar ke kanan, lalu melingkar ke kiri baru dijahit. Dengan pemotongan tersebut banyak risiko yang bisa dihadapi saat khitan seperti perdarahan dan infeksi yang cukup tinggi karena adanya luka terbuka," terang Ketua PP Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI), Prof Andi Asadul Islam, dalam webinar FJO di Jakarta, Kamis (8/4).
Meski begitu, keputusan penggunaan metode khitan kembali lagi pada pasien. Andi menjelaskan, pada laser, digunakan semacam lempeng besi tipis yang dipanaskan dengan listrik. Prinsipnya, sama seperti solder. Ketika ujung lempeng menyala proses pemotongan pun dilakukan.
Risiko perdarahan saat khitan, kata Andi tergantung ukuran alat vital. Sebab, makin besar ukuran alat kelamin, makin besar juga pembuluh darah sehingga risiko perdarahan makin besar.
Berbeda dengan metode klamp di mana prosedur dilakukan tanpa jahitan dan menggunakan semacam alat penjepit. Lagipula, jika menggunakan klamp diameter penis maksimal yang dikhitan yakni 3,4 cm.
Praktisi kesehatan seksual dr Boyke Dian Nugraha menjelaskan sejumlah dampak positif sunat, khususnya sunat bagi orang dewasa. Di antaranya, mengurangi risiko tertular penyakit menular untuk pasangannya.
Boyke mengatakan, banyak sekali permintaan sunat untuk orang dewasa muncul dari pihak perempuan. Dia menegaskan sunat atau sirkumsisi selain dari aspek agama dan budaya, juga ada aspek kebersihan dan kesehatan.
Seperti diketahui virus human apillomavirus memicu terjadinya penyakit menular seksual (PMS). Virus ini dalam kondisi tertentu bisa memicu kanker. Boyke mengatakan, pada laki-laki yang tidak disunat, berpotensi terdapat kotoran, bakteri, atau virus lainnya di sekitar kepala alat vitalnya.