Senin 12 Apr 2021 05:39 WIB

Ilmuwan Deteksi Galaksi Lahir Miliaran Tahun Lalu

Teleskp LOFAR menangkap cahaya yang berasal dari miliaran tahun lalu.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Teleskop radio LOFAR Eropa mendeteksi bintang-bintang yang lahir di puluhan ribu galaksi jauh dengan sangat akurat.
Foto: lofar
Teleskop radio LOFAR Eropa mendeteksi bintang-bintang yang lahir di puluhan ribu galaksi jauh dengan sangat akurat.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Teleskop radio LOFAR Eropa mendeteksi bintang-bintang yang lahir di puluhan ribu galaksi jauh dengan sangat akurat. Menggunakan bidang pandang sekitar 300 kali ukuran bulan purnama, para ilmuwan dapat melihat galaksi seperti Bima Sakti jauh di alam semesta kuno.

“Cahaya dari galaksi-galaksi ini telah melakukan perjalanan selama miliaran tahun untuk mencapai Bumi. Ini berarti kita melihat galaksi seperti miliaran tahun yang lalu, saat mereka membentuk sebagian besar bintangnya,” kata Philip Best, dari Britain’s University, yang memimpin survei mendalam teleskop dalam siaran pers, dilansir dari Japan Today, Kamis (8/4).

Baca Juga

Teleskop LOFAR menggabungkan sinyal dari jaringan besar yang terdiri lebih dari 70 ribu antena individu di negara-negara dari Irlandia hingga Polandia, yang dihubungkan oleh jaringan serat optik berkecepatan tinggi. Teleskop ini mampu mengamati cahaya yang sangat redup dan berenergi rendah, yang tidak terlihat oleh mata manusia, yang diciptakan oleh partikel ultra energik yang bergerak mendekati kecepatan cahaya.

Para peneliti mengatakan ini memungkinkan mereka untuk mempelajari ledakan bintang supernova, tabrakan gugus galaksi dan lubang hitam aktif, yang mempercepat partikel-partikel ini dalam guncangan atau jet.

Dengan mengamati wilayah langit yang sama berulang kali, para ilmuwan dapat mendeteksi pancaran cahaya radio dari bintang-bintang yang meledak. Objek paling jauh yang terdeteksi berasal dari saat alam semesta baru berusia satu miliar tahun. Sekarang usianya sekitar 13,8 miliar tahun.

“Ketika galaksi membentuk bintang, banyak bintang meledak pada saat bersamaan, yang mempercepat partikel berenergi sangat tinggi dan galaksi mulai memancar,” kata Cyril Tasse, astronom di Observatorium Paris dan salah satu penulis penelitian, diterbitkan dalam serangkaian makalah di jurnal Astronomy & Astrophysics.

Sekitar tiga miliar tahun setelah Big Bang, dia berkata peristiwa itu benar-benar seperti kembang api di galaksi muda, dengan puncak pembentukan bintang dan aktivitas lubang hitam. Teleskop tersebut berfokus pada bentangan luas langit belahan bumi utara. Waktu eksposur setara dengan 10 kali lebih lama dari yang digunakan dalam pembuatan peta kosmik pertamanya pada 2019.

“Ini memberikan hasil yang jauh lebih halus, seperti foto yang diambil dalam kegelapan di mana semakin lama eksposur Anda, semakin banyak hal yang dapat Anda bedakan,” kata Tasse kepada AFP.

Deep images dihasilkan dengan menggabungkan sinyal dari ribuan antena teleskop, menggabungkan lebih dari empat petabyte data mentah-setara dengan sekitar satu juta DVD.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement