Oleh Riswadi, M.Pd (Dosen IAIN Samarinda dan Sekretaris PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Prov. Kaltim, Tinggal di Desa Purwajaya Loa Janan Kutai Kartanegara).
REPUBLIKA.CO.ID, Umat Islam di seluruh dunia telah menjalankan ritual ibadah Ramadhan tahun 1442 H. dengan suasana keprihatinan seperti tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 masih tinggi penularannya dan korban juga masih terjadi, ditengah upaya pemerintah untuk melakukan vaksinasi kepada seluruh rakyat Indonesia. Disisi lain ada terjadi beberapa musibah diantaranya banjir, gempa bumi dan tanah longsor. Musibah tersebut akan menjadi tantangan dalam melaksanakan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan yang kita jalankan.
Ulama sufi Abu Yazid Al Bustami menegaskan, terjadinya musibah yang melanda di sebuah negeri biasanya Allah SWT rindu dan kangen atas do’a para hamba-Nya. Dan menjadi evaluasi diri dan muhasabah diri atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Momentum Ramadhan dijadikan sarana untuk memperbanyak doa, apalagi orang-orang yang sedang kesulitan atau tertimpa musibah akan semakin cepat untuk dikabulkan.
Semakin berat tantangan sebuah ibadah, maka semakin besar pahala dari ibadah dimaksud. Apalagi dimasa pandemi seperti sekarang dengan menjalankan ibadah lebih berat karena harus melaksanakan protokol kesehatan yang ketat. Maka tidak mustahil pahalanya akan lebih besar dari situasi normal.
Salah satu ibadah di bulan Ramadhan adalah puasa. Hakekat puasa esensinya untuk meraih ketaqwaan kepada Allah SWT. Lantas bagaimana upaya kita untuk meraih derajat taqwa yang menjadi target Allah SWT?. Sebagaimana ayat Al Qur’an Surah Al Baqarah 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana umat sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”
Pertama, I’dadul Fikr. Persiapan fikiran dan pengetahuan dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Selalu berpikir positif dalam setiap keadaan serta mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ibadah yang terdapat di bulan Ramadhan. Sebelum menjalankan ibadah tentu memiliki kewajiban agar mengetahui syarat dan rukun, perihal yang membatalkan puasa dan pahala puasa, serta kaifiyat dan manfaat puasa. Termasuk ibadah lainnya seperti tarawih, witir, tadarrus, I’tikaf, dan ibadah yang diwajibkan maupun disunnahkan.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.:” Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan ketaqwaan serta mengharap ridho Allah SWT.maka Allah akan mengampuni dosa yang telah lalu.” Dan di Riwayat yang lain, “Barang siapa menghidupkan malam Ramadhan dengan Sholat dan aktifitas ibadah lainnya, dengan penuh keimanan dan ketaqwaan serta mengharap ridho Allah SWT, maka Allah akan mengampuni dosa yang telah lalu.”
Kedua, I’dadul Jasad. Persiapan Fisik, harus dilakukan oleh umat Islam agar dalam menjalankan ibadah puasa dapat terlaksana dengan baik. Puasa merupakan ibadah yang memerlukan fisik yang prima. Oleh karena itu menjaga Kesehatan fisik menjadi keharusan bagi seorang hamba. Olah raga, makan yang bergizi serta halal dan thoyib, istirahat yang cukup merupakan ikhtiar dalam menjaga Kesehatan fisik.
Ketika fisik kita sehat maka akan dapat menjalankan ibadah puasa serta ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan yang penuh dengan kemuliaan. Termasuk juga membatasi jangan sampai terlalu banyak makan saat berbuka sehingga akan membuat malas untuk sholat tarawih, witir, dan ibadah lainnya.
Ketiga, I’dadurruh. Persiapan Ruh, komposisi manusia memang terdiri dari jasad dan ruh. Apabila jasad sudah diberikan asupan makanan bergizi maka akan menadapatkan kesehatan. Begitu pula ruh kita juga harus diberikan makanan berupa dzikir, do’a, wirid, sholat, sedekah, sholawat, tadarrus al Qur’an serta ibadah lainnya. Di Bulan Ramadhan ini ruh kita harus dipersiapkan dengan baik agar dapat terbentuk jiwa yang sehat. Olah rasa dan olah jiwa menjadi sarana untuk mengasah bathin agar dalam menjalankan peribadatan di bulan yang penuh berkah dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan keimanan yang tinggi serta mengharap ridho Allah SWT.
Keempat, I’dadul Mal. Persiapan harta. Dalam menjalankan ibadah Ramadhan yang diberikan Allah SWT sebulan dalam setahun, tentu kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebelas bulan kita mencari rezeqi untuk persiapan dalam sebulan. Harta yang kita dapatkan dengan cara yang halal agar kualitas ibadah kita juga optimal. Jangan sampai seperti orang yang memiliki pemikiran yang salah, dibulan Ramadhan justru tidak berpuasa dengan banting tulang, siang malam, bekerja keras untuk memenuhi gengsi dalam hal pemenuhan tuntutan lebaran yakni baju baru, renovasi rumah, korden baru, serta perabotan serba baru.
Padahal status hari kemenangan dan kembali kepada kesucian manusia merupakan orang yang sukses dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dengan sungguh-sungguh dan niat karena Allah. Bukanlah Idul Fitri dengan makanan yang lezat dan baju yang baru, namun idul fitri merupakan keimanan dan ketaqwaan yang meningkat kepada sang kholiq.
Dengan empat hal yang dilakukan oleh umat Islam, baik persiapan pikiran atau ilmu, jasad, ruh dan harta dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, Insyaallah kualitas ibadah kita meningkat dengan didasari keimanan yang tinggi dan mengharap ridho Allah SWT.maka tidak mustahil derajat ketaqwaan yang dijanjikan oleh yang maha kuasa akan diraih dibulan suci saat ini. Wallahu a’lam bisshowab.