Oleh : Agung Sasongko, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Terharu rasanya ketika saya melihat secara langsung shalat Tarawih perdana di Masjid Istiqlal Jakarta. Bukan saya saja, jamaah lain pun merasakan hal yang sama. Mungkin karena pelaksanaan shalat Tarawih tahun lalu ditiadakan karena Covid-19 mewabah di Indonesia.
Diizinkannya shalat Tarawih di masjid, seperti memberi harapan tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Namun, data penanganan pandemi Covid-19 per Senin (12/4) menunjukkan ada 4.829 tambahan kasus baru, 5.289 kasus sembuh, dan 126 kasus meninggal akibat Covid-19.
Pemerintah juga melaporkan sebanyak 4.829 kasus baru sehingga total positif corona di Indonesia menjadi 1.571.824 kasus. Ada pula penambahan kasus sembuh sebanyak 5.289. Dengan demikian, total kasus sembuh dari corona mencapai 1.419.796 kasus.
Dari data tersebut memberi gambaran bahwa kita sudah sepantasnya tetap waspada. Memang kita berharap agar situasi kembali normal. Namun, untuk mencapai itu kuncinya adalah seberapa sabar kita menerapkan protokol kesehatan. Pakar Tafsir, Ibnu Katsir, mengatakan, Allah SWT telah mengingatkan kita soal ini sekaligus memberikan solusi apa yang akan kita hadapi. Hal tersebut terungkap dalam Alquran.
“Dan sungguh kami akan mengujimu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam hal harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang bersabar.” (QS al-Baqarah [2]: 155).
“Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, (karena) Allah itu senantiasa bersama orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2]: 158).
Menjalani protokol kesehatan dengan kesabaran, sembari mengharapkan pertolongan Allah SWT merupakan langkah bijak selama pandemi. Rasa sabar akan menghindarkan kita dari hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Terutama untuk mencegah penularan Covid-19. Di sinilah, Ramadhan menjadi momentum untuk kita menekan hawa nafsu dengan sifat sabar.
Baca juga : Memahami Hadits Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah
Muhbib Abdul Wahab dalam tulisannya, menyatakan dalam banyak hal, ketidaksabaran merupakan awal dari penyimpangan. Harus diakui, masih banyak dari masyarakat kita yang tidak sabar menjalani pandemi Covid-19. Merasa dirinya sehat, mereka sering mengabaikan protokol kesehatan. Ketika jatuh sakit, barulah tersadar pentingnya untuk melaksanakan protokol kesehatan. Hal seperti ini yang harus betul-betul diperhatikan.
Ramadhan tahun kedua pada masa pandemi ini semestinya menjadi pengingat kita untuk belajar sabar. Bulan suci ini menyiapkan kita kembali untuk menata kesabaran untuk 11 bulan ke depan. Ramadhan sering kali menjadi pemompa semangat umat Islam untuk lebih giat beribadah. Artinya, Ramadhan akan kembali memompa kita untuk melatih kesabaran.
Sudah banyak contoh buah kesabaran akan melahirkan kemenangan. Nabi Muhammad SAW ketika melahirkan peradaban gemilang tak lepas dari kesabaran beliau dengan perjuangannya. Karenanya, kesabaran adalah kunci kita menghadapi pandemi.