Senin 19 Apr 2021 08:48 WIB

Studi Sebut Separuh Korban Ransomware Bayar Uang Tebusan

Korban membayar tebusan demi mendapatkan kembali akses data mereka.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ransomware. Ilustrasi
Foto: crunchitech.com
Ransomware. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan keamanan global Kaspersky tahun lalu melakukan riset mengenai ransomware. Menurut studi global terhadap 15 ribu konsumen 56 persen korban ransomware membayar uang tebusan untuk mendapatkan kembali akses ke data mereka.

Namun 17 persen dari mereka percaya bahwa membayar tebusan tidak akan menjamin data yang dicuri kembali. Ransomware adalah jenis malware yang digunakan para pelaku kejahatan siber untuk melakukan pemerasan uang. Metode ini dilakukan dengan cara menyimpan data menggunakan enkripsi atau mengunci pengguna dari perangkat mereka dan memanfaatkannya sebagai tebusan.

Baca Juga

Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky, Marina Titova mengatakan Kaspersky telah melihat proporsi yang signifikan dari konsumen yang membayar tebusan demi data mereka selama kurun waktu 12 bulan terakhir. Namun menyerahkan uang tidak menjamin kembalinya data dan hanya mendorong pelaku kejahatan siber untuk melanjutkan praktik tersebut.

“Oleh karena itu kami selalu menyarankan agar mereka yang terkena ransomware tidak membayar karena uang tersebut mendukung skema ini untuk berkembang,” kata Titova, melalui siaran pers yang diterima oleh Republika.co.id pada Jumat (16/4).

Titova menambahkan sebaliknya, konsumen harus memastikan untuk berinvestasi dalam keamanan dan perlindungan awal pada perangkat. Selain itu, pengguna juga harus teratur mencadangkan semua data berharga.

“Ini akan membuat serangan itu sendiri menjadi kurang menarik atau menguntungkan bagi para pelaku kejahatan siber, meminimalisir terjadi praktek tersebut, serta menghadirkan masa depan yang lebih aman bagi pengguna web,” ujarnya.

Berdasarkan data Kaspersky tahun lalu, mereka yang berusia 35-44 tahun menjadi korban dengan persentase paling tinggi dalam hal membayar uang tebusan untuk memulihkan data mereka. Sebanyak 65 persen telah mengaku melakukannya.

Kemudian diikuti dengan mereka yang berusia 16-24 tahun (52 persen) dan hanya 11 persen dari kategori usia diatas 55 tahun mengaku membayar uang tebusan. Temuan ini menunjukkan bahwa pengguna berusia lebih muda lebih cenderung membayar tebusan daripada mereka yang berusia di atas 55.

Walaupun begitu, hanya sebanyak 29 persen korban yang mendapatkan kembali akses menuju data mereka. Separuh (50 persen) kehilangan setidaknya beberapa file, 32 persen kehilangan jumlah yang signifikan dan 18 persen kehilangan sejumlah kecil file. Sedangkan, 13 persen mengaku kehilangan hampir seluruh datanya.

Saat ini, sekitar empat dari 10 (39 persen) dari konsumen yang disurvei mengklaim bahwa mereka menyadari praktik ransomware selama 12 bulan terakhir. Penting untuk menyadari potensi angka yang meningkat karena kerja jarak jauh menjadi lebih produktif. Pengguna juga harus meningkatkan kewaspadaan dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika mereka menghadapi ransomware.

Survei Risiko Keamanan TI Konsumen Kaspersky (Consumer ITSR) mewawancarai total 15.070 konsumen dewasa secara global (termasuk di China, India, Jepang, Amerika Serikat, Kolombia, Meksiko, Brasil, Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Swedia, Italia, Spanyol, Republik Ceska, Polandia, Rusia, Turki, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Vietnam, Indonesia dan Australia) antara September dan Oktober 2020, tentang perilaku mereka terhadap privasi online.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement