REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fergi Nadira, wartawan Republika
Pertama kalinya wawancara langsung Menlu RI perempuan, seperti mati rasa sangking groginya, tapi setelah salam, dan berbincang, beliau sangat bisa membawa suasana. Daebak!
Saya memang sudah siap betul untuk bertemu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi dalam wawancara eksklusif di akhir masa jabatan lima tahun beliau Oktober lalu. Jadwal, waktu, hingga tempat wawancara juga sudah saya perhitungkan. Pada jam kerja tentunya, dan di kantor beliau, Kementerian Luar Negeri RI di Pejambon, Jakarta Pusat.
Waktu itu malam minggu, malam yang saya biasa ngamen di kafe-kafe. Selingan kalau-kalau jenuh menulis berita, saya suka bernyanyi menemani khalayak ramai yang tengah menikmati makan malam di kafe, restoran. Jika tidak ada pun, saya kerap meminta adik saya memainkan pianonya mengiringi saya melepas keluh seharian dengan nada-nada yang pastinya alto.
Kala itu, saya sedang mengamen dengan teman kantor saya, Bang Kamran Dikarma. Smartphone saya tentu berguna untuk melihat lirik lagu yang tidak begitu dihapal. Saat lagu Kiss Me dari Sixpence None The Ritcher melantun, ada WhatsApp dari Bang Sammy, koordinator laman international di Republika.
"Fergi, besok Bu Menlu bisa wawancara di Ancol, ya, jam 9," demikian kata dia meneruskan pesan Bapak Pimpinan Redaksi Republika Irfan Juneidi.
Mengingat, Pak Irfan adalah salah satu teman kuliah Bu Menlu, jadi singkat cerita Pak Irfan WhatsApp langsung Bu Menlu untuk diberikan kesempatan reporternya wawancara, soal tempat dan waktu, ya terserah mengikuti jadwal Bu Menlu.
Mungkin Bu Menlu tak punya banyak waktu ya. Sebab, dua pekan saya buat janji ke tim Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP), tidak ada waktu yang tepat. Sementara hasil wawancara beliau harus tayang di pekan ketiga setelah buat janji tersebut.
Bu Menlu memilih waktu wawancara sebelum acara Kagama, acara tahunan alumni Universitas Gajah Mada (UGM) di Ancol, Jakarta Utara. Waktu itu saya sedang nyanyi di daerah Jagakarsa, dan harus bermalam di tempat kakak saya di Kemang karena kalau untuk pulang ke Bekasi, sudah tidak mungkin.
Persiapan saya minim sekali, bahkan kemeja atau batik rapi dan setelan rapi tak bawa. Saya pakai baju manggung semalam berwarna hitam untuk menutupi kesan hanya kaos semata.
Keberangkatan tadinya akan berbarengan dengan anak Video Republika naik mobil kantor, karen suatu hal, saya hanya naik motor ditemani satu anak video, sebab waktu sudah sangat mepet harus jam 9 sampai Ancol dari Pejaten.
Terima kasih teruntuk M Rizky Triana alias Mangki yang udah mau kasih tebengan ke saya sampai Ancol dan balik lagi dengan selamat!