REPUBLIKA.CO.ID, Pernahkah Anda melihat seseorang membuat video atau menyiarkan videonya secara live di platform media sosial? Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai content creator.
Sederhananya, content creator merupakan seseorang yang menciptakan sebuah konten untuk disebarluaskan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada audiens melalui media apa pun, terutama melalui platform media digital. Konten yang diciptakan haruslah memiliki nilai edukasi serta hiburan, ketertarikan dari audiens pun juga harus disesuaikan.
Bukanlah selebritas atau figur publik, content creator adalah orang-orang yang mampu mengandalkan logika dan kreativitas dalam pembuatan video-video kontennya. Dua hal tersebut lah yang nantinya menjadi alat untuk menggaet audiens agar mau menonton konten yang telah dibuat.
Lalu, bagaimana, sih caranya untuk dapat menjadi seorang content creator yang baik dengan kreativitas konten tanpa batas tetapi tetap sesuai dengan etika dan aturan yang berlaku? “Buatlah konten dengan bijaksana,” kata Dr Aryo Subarkah Eddyono selaku pakar media dari Universitas Bakrie pada Webinar Live GO-Play U Goes to Bakrie, Jumat (16/4).
Aryo mengatakan, contoh konten yang kurang bijaksana, yakni konten prank. Karena itu, ia mengajak pembuat konten atau content creator seharusnya tidak sekadar mendapatkan perhatian publik, melainkan juga bertanggung jawab.
Aryo menyebut konten yang dibuat tanpa rasa tanggung jawab dan hanya ingin menaikkan jumlah subscriber atau followers sebagai konten konyol. Konten yang konyol juga sangat rentan terkena jerat pasal di UU ITE.
Menurut Aryo, kreasi dengan tanggung jawab menjadi poin penting agar konten yang diproduksi bisa terjerat dari Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Aryo mengingatkan pembuat konten untuk menyadari kebutuhan dan apa manfaat konten yang diproduksi tersebut untuk publik.
Apalagi, saat ini, Aryo mengatakan, ada konten yang dibuat dan diunggah di media sosial, tetapi kemudian mendapat teguran karena tersandung pasal UU ITE. Jeratan UU ITE bukan hanya menyasar pembuat konten, melainkan juga penonton melalui ketikan ibu jari ketika memberikan komentar di media sosial.
“Ingat, ini sering kali dikatakan oleh teman-teman kita, mulutmu itu harimaumu, dua jempolmu ini bisa jadi pistol yang akan menembak dirimu. Hati-hati dengan apa yang mau kita katakan, hati-hati dengan apa yang mau kita sampaikan kepada publik. Cerdas, kreatif, namun tidak boleh konyol!” kata dia.
Selain itu, Aryo juga mengingatkan untuk menghargai hasil karya orang lain. Misalnya, tidak melakukan plagiarisme atau mencuri hasil karya orang lain yang ada di internet.
Webinar Live GO-Play U Goes to Bakrie diselenggarakan oleh GO-Play LIVE yang merupakan layanan dari Gojek Indonesia yang memfokuskan pada layanan interactive live streaming. GO-Play LIVE sudah menyiarkan lebih dari 1000 events selama 2020 lalu.
Sementara itu, dosen Universitas Bakrie Arie Kurnia menjadi pembawa acara pada webinar ini. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie Suharyanti juga sempat memberikan sambutan sekaligus menyapa mahasiswa yang hadir dalam webinar.
PENGIRIM: Zahra Tri Ayuningtyas, Ines Sela Melia Suseno, & Adri Oktobianto, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie