REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Beberapa kali saya membujuk Laksamana TNI Ade Supandi ketika menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) periode 2014-2018. Saya minta diizinkan berlayar dengan kru kapal selam.
Tapi, beberapa kali pula Ade Supandi tidak mengizinkan. Ia beralasan, risikonya tinggi sekali. Mengingat usia kapal selam TNI sudah berusia lebih dari 25 tahun, dan risiko lainnya.
Apalagi, saya meminta bukan sekadar berlayar formalitas, seperti pejabat tinggi yang akan mendapatkan brevet kehormatan hiu kencana (kapal selam), melainkan ikut menyaksikan seperti kondisi perang. Menembakkan rudal, torpedo dari kedalaman laut.
"Kami TNI sudah teken kontrak mati dalam tugas. Wartawan kan tidak ada teken kontrak mati. Itu alasan penolakan saya," ujar laksamana bintang empat itu.
Jumat (24/4) pagi ini, saya mengontak Laksamana (Purn) Ade Supandi. Membahas kasus belum ditemukannya kapal selam KRI Nanggala 402 di Laut Bali. Kapal diduga tenggelam di dasar laut dengan kedalaman 700 meter. Dalam sejarah di dunia, belum ada kapal selam yang tenggelam di dasar laut bisa diselamatkan.
Pada HUT TNI pada 2017 di Cilegon, Banten, saya menerima undangan untuk menghadiri acara itu. Mungkin itulah salah satu acara HUT TNI paling meriah dalam sejarah TNI. Menampilkan parade dan defile alutsista perang dari tiga matra. Di situ kapal selam KRI Nanggala 402 hadir. Tampil dengan gagah di atas permukaan laut. Saya tersenyum bangga menyaksikanmu, Nanggala 402.
Hari ini, saya kontak beberapa perwira TNI AL. Mereka pagi ini melakukan doa bersama untuk keselamatan 53 personel yang berada di dalam kapal selam tersebut. Kapal buatan Jerman yang dipesan Pemerintah Indonesia pada 1977 dan aktif digunakan TNI AL pada 1981. Artinya, usia pakainya sudah 40 tahun.
"Hikmahnya, kita harus selalu berdoa jangan sampai peristiwa serupa terjadi lagi. Selalu hati-hati, cermat, teliti. Review layak dan tidak layak, siap dan tidak siap, dan lain-lain," kata Ade Supandi.
Laksamana (Purn) Subyakto, KSAL periode 1948-1959, merupakan kru kapal selam Belanda pada saat Perang Dunia ke-2. Kru kapal selam TNI pertama kali belajar di kapal selam Uni Soviet pada 1958. Berpangkalan di Polandia. Belajar selama sembilan bulan di Laut Baltik.
Selama 61 tahun kiprah Korps Hiu Kencana mengabdi untuk Indonesia, betapa pengorbanannya luar biasa. Termasuk saat menyelundupkan pasukan khusus Angkatan Darat dan Marinir ke Papua serta mengusir kapal perang Belanda dalam Operasi Trikora 1962-1963.
Kru kapal selam kita juga berada di tengah perang. Ditugaskan membantu Pakistan dalam perang melawan India. Sebuah keputusan politik Presiden Sukarno untuk kepentingan nasional Indonesia.
Tidak banyak personel TNI yang bersedia menjadi kru kapal selam. Penjaga senyap kedaulatan negeri dari ancaman yang akan merongrong negara tercinta. Risikonya tinggi sekali, karena itu mereka digaji dua kali lipat dari masa kerjanya.
Kali ini, saya sungguh sedih dan menangis.... Moto KRI Nanggala 402, membuat hati bergetar. Berbunyi: Tabah Sampai Akhir. Kami mendoakan yang terbaik untuk para kesatria Angkatan Laut kita. Ya Allah ....