Ahad 25 Apr 2021 11:55 WIB

Sejarah Bakwan, Menu Buka Puasa yang Tiada Tandingan

Di balik kriuk bakwan ada sejarah panjang peradaban umat manusia.

Bakwan adalah salah satu member utama dari keluarga gorengan. Foto ilustrasi makan gorengan.
Foto: Republika/Amin madani
Bakwan adalah salah satu member utama dari keluarga gorengan. Foto ilustrasi makan gorengan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu, wartawan Republika

Sepanjang sejarah peradaban umat manusia Indonesia, bakwan adalah satu dari sekian banyak makanan yang mendapatkan tempat di hati, khususnya para pecinta gorengan. Nah, selama Ramadhan, di antara sajian menu buka puasa, bakwan hampir selalu merajai dan memuaskan lidah-lidah kering karena kelaparan orang-orang yang berbuka puasa. Apalagi jika bakwan sudah berkolaborasi dengan es buah atau teh manis hangat. Kriuk dan nyuss di lidah.

Dengan tingginya popularitas bakwan di bumi persada kudapan Indonesia, bakwan ternyata menyimpan cerita panjang hingga mampu menjadi makanan kesayangan orang Indonesia. Di balik rasa kriuknya, bakwan merupakan kolaborasi sempurna dari berbagai macam bumbu dan bahan seperti tepung dan jenis sayuran seperti kol, kubis, kecambah dan wortel yang dipotong kecil-kecil. Semua itu akan paripurna jika ada tambahan "toping" di atasnya seperti udang.

Di berbagai daerah, bakwan memiliki penyebutan berbeda-beda. Bagi orang Barat bagian Jawa (suku sunda), bakwan dikenal dengan sebutan bala-bala. Sementara di beberapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, bakwan dikenal sebagai pia-pia. Di Semarang dan Pekalongan bakwan disebut badak. Karena itu sering muncul candaan, "Hebatnya orang Semarang makanan badak".

Namun, masyarakat di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur lainnya, seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Blitar, dan Mojokerto, memanggil bakwan dengan sebutan ote-ote. Di Madiun dan Lumajang, gorengan ini dikenal dengan nama weci. Banyuwangi lebih unik lagi, bakwan disebut sebagai "hongkong" yang artinya bakwan sayur goreng.

Gorengan tak hanya "menjajah" daftar makanan di pulau Jawa. Bakwan juga "menginvansi" wilayah Sulawesi. Di bagian selatan pulau berbentuk "huruf K" itu, bakwan disebut kandoang, di bagian selatan (Ambon) bakwan dikenal sebagai bikang doang, sementara di bagian utara makanan ini disebut makao. Penyebutan makao untuk bakwan juga dipakai masyarakat NTT.

Sayangnya, orang Indonesia tak bisa mengklaim 100 persen gorengan yang satu ini sebagai warisan budaya. Di sejumlah negara, khususnya Asia, bakwan juga merangsek ke daftar menu, meski memiliki bentuk dan nama yang berbeda dengan Indonesia.

Di Jepang dikenal sebagai kakiage, di Korea disebut pajeon, sementara di India disebut pakora. Di Arab dikenal dengan nama maqliyyun.

Ada yang menyebut bakwan berasal dari China. Penyebabnya adalah bakwan memiliki dua suku kata China, yakni Bak yang artinya daging dan Wan yang berarti bola. Kata Bak juga digunakan untuk menamakan berbagai makanan, seperti bakpao (roti isi daging), bakso (bola daging), bakmi (mi daging), bakpia (kue daging kacang hijau), bacang (makanan daging cacah). Karena itu pula, di daerah Malang kita mengenal istilah nama bakwan malang yang artinya bakso dari Malang.

Perdagangan rakyat Nusantara dengan berbagai masyarakat dunia seperti India, Arab, Eropa, dan China melahirkan akulturasi budaya. Termasuk dalam hal makanan. Bakwan satu di antaranya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement