Senin 26 Apr 2021 11:27 WIB

Languishing, Kondisi yang Banyak Terjadi Saat Pandemi

Saat pandemi, banyak orang yang tak melakukan kontak sosial dan tak punya motivasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
Pandemi Covid-19 merupakan situasi yang tak mudah untuk dihadapi banyak orang.
Foto: republika.co.id
Pandemi Covid-19 merupakan situasi yang tak mudah untuk dihadapi banyak orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 merupakan situasi yang tak mudah untuk dihadapi banyak orang. Situasi yang monoton, perasaan bosan, hingga kecemasan tingkat rendah merupakan hal yang umum ditemui banyak orang di masa pandemi ini. Tak sedikit yang kemudian mengalami languishing.

Seperti diungkapkan New York Timeslanguishing merupakan kondisi di mana seseorang merasa kurang gembira dan memiliki tujuan, tetapi juga bukan tidak bahagia. Perasaan ini terjadi ketika seseorang tidak begitu depresi tetapi tidak berkembang.

"Ini perasan muram dan sedikit tidak puas," jelas Profesor Sir Cary Cooper dari Organisational Psychology and Health di Manchester Business School, seperti dilansir Independent.

Profesor Cooper mengatakan, perasaan languishing menjadi semakin umum saat ini karena situasi pandemi. Di masa pandemi, banyak orang yang tak memiliki banyak waktu untuk melakukan kontak sosial dengan orang yang mereka cintai serta merasa tidak memiliki kontrol terhadap kejadian saat ini dan masa depan.

"Dan dampak langsung (pandemi) terhadap gaya hidup seseorang," ujar Profesor Cooper.

Fenomena languishing sebenarnya bukan fenomena yang baru. Akan tetapi, pandemi Covid-19 saat ini membuat languishing menjadi cukup umum terjadi.

Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami languishing atau tidak. Salah satunya, seseorang yang mengalami languishing cenderung memiliki motivasi yang tumpul.

Selain itu, languishing juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus. Dan ketika sedang mengalami languishing, seseorang jarang menyadari dampak yang diberikan languisihing terhadap dirinya sendiri.

Profesor Cooper juga mengungkapkan, ada beberapa tanda yang dapat diperhatikan. Misalnya, menjadi kurang berolahraga, tidak tertarik untuk membuat perencanaan, bahkan perencanaan mengenai sesuatu yang menarik seperti liburan.

"Secara umum, perubahan dari kebiasaan normal Anda," pungkas Profesor Cooper.

Untuk mengatasi languishing, seseorang perlu mendorong dirinya untuk secara aktif melakukan sesuatu yang melibatkan pikiran dan "menghanyutkan". Artinya, kegiatan tersebut bisa membuat seseorang tidak menyadari tempat, waktu, atau bahkan diri sendiri. Salah satu contohnya adalah menonton serial televisi atau film yang disukai.

Untuk keluar dari languishing, penting untuk mengambil kontrol kembali atas diri sendiri. Penting juga untuk bersikap positif dan merencanakan aktivitas yang menyenangkan untuk dilakukan.

"Paksakan diri Anda membuat kontak sosial dengan orang-orang yang Anda pedulikan dan orang-orang yang positif," papar Profesor Cooper.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi languishing adalah dengan berfokus pada tujuan yang kecil namun berarti. Tujuannya, membangkitkan kembali antusiasme dan dorongan dari dalam diri seperti sebelum masa pandemi."Ini adalah tentang menjadi aktif, memegang kontrol," ungkap Profesor Cooper.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement