Oleh : Hiru Muhammad, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Kebijakan pengurangan PPnBM terhadap industri otomotif pemerintah yang digulirkan sejak Maret 2021 tentunya menjadi angin segar bagi industri otomotif nasional. Pandemi Covid-19 yang berlangsung setahun lebih sudah cukup menyulitkan ruang gerak industri yang menjadi salah satu tulang puggung perekonomian nasional. Terlebih Indonesia berambisi menjadikan sebagai hub bagi industri otomotif konvensional di Asia Tenggara maupun kendaraan listrik.
Kebijakan pengurangan PPnBM tersebut memungkinkan diskon 100 persen PPnBM untuk 3 bulan pertama, 3 bulan selanjutnya diskon menjadi 50 persen, dan 3 bulan terakhir diskon 25 persen. Meski menuai pro dan kontra kebijakan ini dalam waktu singkat berhasil mendongkrak angka penjualan sejumlah merek kendaraan. Khususnya yang memiliki kapasitas mesin 1500 cc ke bawah. Bahkan sejumlah pabrikan mengakui adanya daftar antrean inden yang cukup panjang bagi merek tertentu yang mendapat fasilitas potongan PPnBM tersebut.
Selain menggembirakan, ini juga menjadi tantangan bagi industri otomotif. Pasalnya banjir pesanan itu terjadi di saat kapasitas produksi pabrik belum maksimal. Hal ini terjadi karena pabrik kendaraan bermotor masih menerapkan pembatasan jumlah karyawan yang bekerja dipabrik terkait kesehatan dan perlindungan dari Covid-19. Sehingga pabrik tidak bisa maksimal menjalankan kegiatan produksinya. Ini berakibat pada berkurangnya jumlah kendaraan yang dihasilkan setiap harinya. Tingginya permintaan dan rendahnya suplai, dikhawatirkan dapat mengganggu kelancaran pasokan kendaraan baru ke konsumen. Hal ini bila tidak segera diatasi dapat memicu kekecewaan konsumen.
Kondisi tersebut masih ditambah dengan masalah kelangkaan chip atau semikonduktor sejumlah merek kendaraan tertentu yang berdampak pada proses produksi. Pabrikan di sejumlah negara telah menghentikan sementara proses produksi mereka lantaran keterbatasan pasokan chip ini. Hal itu telah mengganggu jadwal produksi dan proses pengiriman kendaraan ke tangan konsumen.
Di Indonesia sendiri saat ini sedang digelar pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) hybrid 2021 di JIExpo Kemayoran. Pameran yang berlangsung sejak 15 hingga 25 April itu berlangsung disaat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya teratasi. Tidak seperti IIMS di tahun-tahun sebelumnya yang diikuti banyak peserta, Jumlah peserta IIMS kali ini jauh menurun. Pihak penyelenggaran menggelar pameran secara virtual maupun langsung guna menjaring animo masyarakat mengunjungi pameran tersebut baik melalui ponsel atau secara langsung.
Suasana pameranpun juga tidak semeriah acara serupa yang pernah digelar sebelumnya. Para peserta pameran dan tamu juga wajib menjalankan protokol kesehatan yang ketat selama berada di lokasi. Seperti mengenakan masker, mencuci tangan dengan hand sanitizer dan mengurangi kerumunan. Pada setiap stand pameran juga disediakan petugas jaga yang mewajibkan tamu pameran mencuci tangan sebelum masuk ke stand yang dituju. Tamu wajib keluar masuk melalui pintu berbeda yang disediakan petugas. Ini semua dilakukan semata untuk menekan risiko penyebaran Covid-19
Tidak banyak agenda penting yang digelar selain acara pembukaan yang diresmikan Presiden Joko Widodo Kamis (15/4) lalu. Hal ini semata dilakukan guna menekan kerumunan yang beresiko penyebaran Covid-19. Namun, setidaknya pameran ini sebagai sinyal keseriusan pemerintah untuk mendorong kembali bangkitnya industri otomotif nasional dalam waktu cepat.
Barangkali apabila dalam pameran ini berjalan lancar, meski dari hitungan bisnis mungkin masih jauh dari harapan akan menjadi contoh bagi penyelenggaraan pameran berikutnya di masa pandemi ini. Acungan jempol tampaknya perlu diberikan kepada penyelenggara, Dyandra Promosindo yang memberanikan diri menggelar pameran berskala internasional ini. Senada dengan pemerintah, pameran ini sebagai bukti keinginan kuat industri otomotif untuk kembali tampil menjadi salah satu motor utama perekonomian nasional.