REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aset digital, Non-fungible token (NFT) meledak dalam popularitasnya tahun ini. Dilansir dari Reuters, NFT adalah aset digital yang ada di blockchain. Blockchain berfungsi sebagai buku besar publik, memungkinkan siapa saja untuk memverifikasi keaslian dan kepemilikan aset
Tidak seperti kebanyakan item digital yang dapat direproduksi tanpa henti, setiap NFT memiliki tanda tangan digital yang unik, yang berarti itu satu-satunya. NFT biasanya dibeli dengan cryptocurrency Ether atau dalam dolar dan blockchain menyimpan catatan transaksi.
Di Indonesia, sebuah lukisan milik intellectual entrepreneur Denny JA berjudul ‘A Portrait of Denny JA: 40 Years in the World of Ideas’ terjual dengan harga Rp 1 miliar. Lukisannya itu sudah sepekan dilelang di Opensea, salah satu tempat lelang terbesar di dunia untuk karya digital NFT.
Tweet miliknya juga terjual sekitar Rp 100 juta. Tweet ini dibuat pada 2015 dalam bahasa Inggris dan berbunyi “Share our love by stopping discrimination in Indonesia and in the world. RT if you agree.”
Denny menyebutkan beberapa alasan yang membuat NFT ini bisa laku dibeli. Hal ini ia lihat setelah mempelajari NFT.
“Jadi saya melihat ini setelah saya mempelajari NFT. Apa yang membuat NFT ini bisa laku dibeli, kita harus tahu dulu hukumnya nih kenapa dia akhirnya mau dibeli oleh orang,” kata Denny pada Republika.co.id, Kamis (29/4).
Pertama, NFT tersebut memiliki nilai historis. Contohnya, tweet pertama CEO Twitter Jack Dorsey. Dorsey menjual tweet pertamanya sebagai NFT dengan angka 2.915.835,47 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 41 miliar.
Kedua, NFT tersebut dibuat oleh orang yang memiliki pengaruh, memiliki kredibilitas dan orang terkenal. Misalnya, digital artist Beeple . NFT karyanya, Everydays: The First 5000 Days, terjual 69 dolar AS di Christie’s.
“Jadi kedua, dibuat oleh artist yang memang hidup di zamannya, yang bagus ini karya-karyanya, reputasinya bagus,” ujarnya.
Ketiga, NFT tersebut memiliki narasi yang kuat. “Dia ada semacam power dari story telling yang kuat. Tiga itu yang paling mungkin dibeli. Nah saya buat berdasarkan pada itu,” katanya.
Menurut Denny, lukisan 'A Portrait of Denny JA: 40 Years in the World of Ideas’ memiliki kekuatan narasi yang kuat. Lukisan tersebut dibuat oleh pelukis Galam Zulkifli
Ia melukis dua wajah Denny JA. Pelukis Galam membuat lukisan itu dalam rangka ikut merayakan 2021 sebagai 40 tahun Denny JA berkarya. Karya Galam sudah dibeli oleh studio Denny JA. Oleh Denny, lukisan itu ia ubah ke bentuk NFT.
“Ini lukisan dibuat dari kumpulan sampul buku yang saya pernah buat. 40 tahun berkarya ternyata 102 buku yang pernah saya tulis. Sampul-sampulnya disusun, jadilah wajah saya itu. Nah itu yang ditawarkan di publik dan itu yang kemudian punya nilai. Dengan acara itu kita bisa mulai masuk ke lelang yang dunia bisa mengaksesnya,” katanya.
Denny mengatakan, tidak banyak orang yang mengerti soal NFT, karena memang sangat baru. Menurutnya, ini gabungan antara kegairahan era baru yang tinggi dan beberapa orang yang agak gila dalam bermain harga.
“Seringkali orang untung itu ketika dia datang di era-era seperti ini. Di era-era awal seperti ini ketika emosi, euforia lagi tinggi-tingginya itu ya. Tapi makin lama nanti mungkin makin stabil dengan harga-harga (yang) lebih reasonable. Sekarang ini banyak yang tidak reasonable, tetapi itu yang terjadi di dunia nyata,” ujarnya.