REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) menggelar agenda refleksi tentang literasi pada Senin (26/4). Kali ini, sejumlah pegiat literasi dihadirkan untuk memberikan wawasan baru yang berlokasi di RBC Learning Space.
Direktur Riset RBC Institute, Hasnan Bachtiar mengatakan, kegiatan literasi tidak hanya dimaknai sebagai aktivitas membaca dan menulis. Kegiatan membaca dan menulis sebenarnya tidak dapat diidentikkan dengan buku saja.
"Buku hanyalah instrumen semata. Sejatinya, yang harus kita baca, pahami dan pelajari adalah kehidupan. Bukan sekadar buku yang diterbitkan oleh penerbit," ucap alumni Australian National University tersebut di Kota Malang, Jawa Timur.
Presidium Republik Gubuk, Fachrul Alamsyah menceritakan gerakan literasi yang digalakkan di kampung. Gerakan itu sengaja menyasar kampung yang tidak mempunyai minat membaca. Saat ini setidaknya sudah ada 40 gubuk baca di daerahnya, tapi banyak di antaranya tidak memiliki buku.
"Kami tetap bisa bergerak dan berkontribusi meskipun tanpa buku. Di gubuk kami, yang ada hanya egrang, pengajarnya preman, bahkan pengasuhnya mantan pengedar pil koplo," kata Fachrul.
Kegiatan literasi juga dimaknai dengan mengajak orang lain kepada kebaikan. Selain itu, juga mengajak orang untuk menjauhi keburukan yang muncul dalam kehidupan. Itulah mengapa dalam komunitas Republik Gubuk ini juga mewadahi preman untuk ikut terjun dalam proses belajar mengajar.
Perwakilan Komunitas Pelangi Sastra, Denny Misharuddin menuturkan, literasi bertujuan untuk mengetahui tentang dirinya dan identitas yang dimiliki. Berangkat dari itu, ia akan mampu menambah dan meningkatkan kapasitas diri dan akhirnya bisa menjadi orang yang literat.
Literasi itu tidak hanya berkutat pada buku, sambung dia, melainkan juga lebih luas memberikan manfaat kepada diri sendiri, keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar. "Pun dengan ajakan pada kebaikan dan larangan untuk terjerumus dalam keburukan," kata Denny.