REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (RS MMC) Jakarta mendorong para penyintas Covid-19 untuk memahami berbagai gejala yang dialami oleh tubuh setelah berjibaku melawan penyakit yang disebabkan virus corona tersebut. Sebagian penyintas yang bisa pulih terkadang masih merasakan gejala pasca-Covid-19.
Salah satu dari beberapa gejala pasca-Covid-19 yang dialami oleh para penyintas adalah Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome (POTS). POTS bukanlah hal baru yang muncul akibat Covid-19. Kondisi ini justru seringkali terjadi pada penyintas Covid-19 yang tiba-tiba bangun dari posisinya yang sedang berbaring.
Menurut artikel yang dirilis oleh Johns Hopkins Medicine berjudul “COVID-19 and POTS”, POTS merupakan kondisi atau gejala tersebut dapat menyebabkan tubuh berfungsi tanpa disengaja dan tanpa dikendalikan oleh sistem saraf, seperti pada detak jantung dan tekanan darah.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS MMC Jakarta, dr. Puti Sarah Saus, Sp.JP-K, menjelaskan, POTS merupakan kelainan atau keadaan otonom pada sistem saraf. Biasa disebut dysautonomia, ini adalah kondisi di mana keadaan tubuh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan posisi.
"Jadi ketika ada perubahan posisi dari tenang atau duduk menjadi berdiri, penderita POTS akan merasakan dada berdebar-debar. Karena denyut nadi meningkat lebih dari 30 kali per menit dari normalnya,” ujar dia di Jakarta, Jumat (30/4).
Keluhan lain yang bisa juga muncul seperti rasa limbung, pandangan kabur, tubuh terasa lemas, hingga hampir pingsan. "Namun, seseorang yang dapat dikatakan memiliki gejala POTS adalah ketika mereka tidak memiliki kelainan lain seperti kekurangan cairan, anemia, atau mengalami demam,” kata dr. Puti.
POTS bisa terjadi karena dua hal, yakni gangguan saraf simpatis yang berfungsi mengatur tekanan darah yang bisa tinggi atau rendah dan nadi yang bisa cepat atau lambat, serta gangguan volume darah di dalam tubuh.
"Penyintas Covid-19 rentan mengalami gejala POTS karena Covid-19 bisa merusak organ di dalam tubuh. Reaksi antibodi dan antigen yang dikeluarkan tubuh untuk menangkal Covid-19 dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf. Itulah yang akan menimbulkan gangguan pada penderita POTS sehingga penyintas Covid-19 dengan gangguan sistem saraf simpatis bisa mengalami POTS," ujar dr. Puti.
Jika penyintas Covid-19 mengalami POTS yang berasal dari gangguan sistem saraf dan volume cairan yang kurang, maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, di antaranya melakukan terapi cairan. Ini adalah terapi awal di mana pasien akan dipenuhi dahulu cairannya yang kurang. Misalnya diberi minum air minimal dua liter sehari dan juga asupan garam atau sodium untuk meningkatkan volume cairan tubuh.
Kemudian lakukan olahraga yang tepat.
Tidak sembarang olahraga bisa dilakukan karena keluhan yang akan dirasakan oleh pasien POTS ini. Beberapa olahraga yang bisa dilakukan bisa seperti Recumbent cycling dan berenang. Recumbent cycling paling dimungkinkan karena bersepeda dengan posisi kepala cukup rendah sehingga membuat penyintas Covid-19 tidak merasa pusing.
Namun aktivitas olahraga ini perlu dikonsultasikan lebih dulu kepada dokter ahlinya, yang biasanya berasal dari Tim Kedokteran Rehabilitasi Medik (Fisioterapi) atau Tim Kedokteran Olahraga.
"Dan hal yang terpenting berikutnya yaitu berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan spesialis saraf. Pada pasien POTS dengan gejala lebih berat diperlukan peran kombinasi dua dokter spesialis tersebut. Dokter spesialis jantung bisa memberikan terapi tambahan seperti beta-blocker untuk menurunkan nadi yang cepat. Dan dokter spesialis saraf untuk membantu pemulihan pada saraf yang mengalami gangguan,” ujar dr. Puti.
Berdasarkan data yang dilansir dari covid19.go.id, sampai dengan akhir April 2021 jumlah masyarakat yang telah sembuh dari Covid-19 mencapai 1.511.417 orang. Angka tersebut diharapkan untuk terus meningkat dengan pesat dengan adanya program vaksinasi dari pemerintah.