Senin 03 May 2021 16:43 WIB

Pengamat: Jangan Menghakimi PJJ Buat Learning Loss

Dalam PJJ perlu ada cara-cara lain yang diterapkan agar pelaksanaannya bisa efektif.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto
Pakar pendidikan millenium Dr Indra Charismiadji
Foto: Irwan Kelana/Republika
Pakar pendidikan millenium Dr Indra Charismiadji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati Pendidikan dari Vox Populi Institute Indonesia, Indra Charismiadji menilai, pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebenarnya tidak selalu menghasilkan learning loss atau kehilangan kemampuan belajar. PJJ jika dilakukan dengan benar, menurut Indra, bisa menghasilkan dampak positif bagi perkembangan anak.

"PJJ dapat disimpulkan sebagai cara yang paling tepat dalam mendidik anak-anak kita dalam kondisi ini. Sayangnya, banyak pihak di Indonesia, dimotori oleh Kemendikbudristek sendiri, sudah menghakimi bahwa belajar daring itu menimbulkan learning loss," kata Indra, Senin (3/5).

Indra mengatakan, implementasi PJJ harus berbeda dengan cara yang tradisional. Dampak positif, kata dia, tidak akan muncul dengan cara guru berceramah di ruang zoom atau memberikan tugas yang banyak jumlahnya ke siswa.

"Analoginya, jika kita menanak nasi menggunakan rice cooker, tidak mungkin rice cooker diletakkan di atas kompor, seperti kalau kita menggunakan dandang. Nasi yang dihasilkan, rasa dan teksturnya berbeda, tapi keduanya tetap kita sebut nasi," kata dia.

Menurutnya, selama ini, Indonesia menggunakan sistem PJJ hanya dengan memindahkan pembelajaran tatap muka ke daring. Padahal, di dalam PJJ perlu ada cara-cara lain yang diterapkan agar pelaksanaannya bisa efektif.

Dia berpendapat, sejak Maret 2020 mulai dilaksanakan PJJ, tidak ada upaya yang signifika untuk membenahi kualitas PJJ daring. Tidak ada pelatihan guru secara masif, pendampingan orang tua, dan stimulasi belajar untuk peserta didik.

"Bagkan seperti yang telah saya sampaikan, Kemendikbud memilih untuk menghakimi bahwa PJJ daring pasti hasilnya buruk, dan sudah beberapa kali memaksakan buka sekolah terbukti dengan adanya tiga SKB 4 Menteri tentang pembelajaran tatap muka," ujar Indra.

Di era digital seperti saat ini, Indra berpendapat, pendidikan perlu memanfaatkan digitalisasi yang ada. Sudah waktunya anak Indonsia dididik menjadi sumber daya manusia yang unggul di era digital.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement