REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam mengatakan Indonesia mestinya menjadi negara eksportir produk pertanian. Menurut Nizam, impian kedaulatan pangan untuk Indonesia bisa didorong dengan menghadirkan ekosistem reka cipta.
"Semangat untuk membangun kedaulatan Indonesia perlu kita gulirkan bersama secara bergotong royong, antara pemerintah, masyarakat, pelaku industri dan perguruan tinggi sebagai tulang punggung di dalam inovasi nasional," kata Nizam, dalam keterangannya, Senin (3/5).
Berdasarkan data statistik, Indonesia masih bergantung kepada impor buah sebanyak 375 ribu ton per bulan, lalu impor gandum sebanyak 8 juta ton pertahun. Sedangkan anggaran untuk impor buah-buahan sekitar Rp 19 triliun per tahun.
Nizam mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan tanah yang subur. Berbagai buah, tanaman, dan kayu bisa hidup tanpa harus memupuk dan membudidayakannya.
Untuk itu, ia menekankan bahwa Indonesia seharusnya menjadi eksportir produk-produk pertanian, karena didasari oleh kesuburan tanah, kekayaan alam yang luar biasa, kecukupan sinar matahari setiap tahunnya dan jumlah air hujan yang melimpah. Nizam berharap, ke depannya Indonesia menjadi pusat eksportir terbesar di dunia untuk produk-produk pertanian dan pangan yang maju.
"Kampus dengan 8,5 juta mahasiswa, seharusnya menjadi kekuatan raksasa untuk menggerakan dan memodernisasi pertanian kita yang tidak hanya berfokus pada petani saja, melainkan pada teman-teman yang ahli dalam bidang teknologi informasi, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Kerja sama ini bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai kedaulatan pangan yang maju," ujar dia.