REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu
Pemerintah resmi melarang mudik pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Kebijakan itu bertujuan menekan angka penyebaran Covid-19. Masyarakat yang merantau di kota-kota besar, seperti Jakarta, pun terpaksa memilih bertahan di Ibu Kota. Bagi kaum pribumi Jakarta alias orang Betawi, mudik adalah ritual langka yang nyaris mustahil dilakukan. Ya, mau mudik ke mana, wong kampungnya itu ibu kota.
Sebelum bicara lebih jauh soal orang Betawi yang gak mudik, kita bicara saudara-saudara kita yang menjadi kaum perantauan. Bagi orang Jawa yang bedol desa ke Jakarta, mudik adalah kesempatan emas yang wajib dilakukan. Mudik ke kampung halaman dengan membawa segala hasil dan cerita kesuksesan di kota. Menegok orang tua atau silaturahim ke sanak famili.
Orang Jawa sejak era Belanda dan Eropa yang pongah tinggal di Indonesia, biasa menggunakan berbagai transportasi untuk mudik. Tapi, kereta api adalah primadonanya.
Itu orang Jawa, lain lagi orang Minang. Orang Minang yang sejak kecil dididik untuk merantau, mudik Lebaran dikenal dengan istilah "Pulang Besamo". Secara harfiah diartikan pulang bersama-sama dengan menggunakan mobil yang di kaca belakang ditempeli striker rombongan. Sampai di kampung halaman, para perantau akan disambut seperti juragan kapal.
Pada masa mudik itulah, baik di Jawa atau Sumatra dan wilayah lainnya di Nusantara, pesan kuat dari para perantau adalah: Merantau ke kota bisa mengubah nasib.
Lalu, bagaimana orang Betawi, apakah mudik Lebaran?
Baca juga : Kemenkumham Bakal Sanksi ASN Mereka yang Mudik