REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hipertensi dan obat-obatan hipertensi tidak memperparah kesakitan akibat Covid-19. Pernyataan ini disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) Erwinanto.
"Ada pendapat yang salah, menyatakan hipertensi dan beberapa obat hipertensi meningkatkan beratnya Covid-19," katanya dalam acara taklimat dalam rangkaian peringatan Hari Hipertensi Sedunia 2021 yang disiarkan via daring pada Kamis.
Menurut data, prevalensi hipertensi pada penderita Covid-19 tidak melebihi prevalensi hipertensi pada populasi umum. "Jadi kita tidak bisa menyimpulkan bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada penderita Covid-19 dibandingkan populasi umum. Jadi kita meragukan bahwa hipertensi membuat orang jadi lebih mudah reinfeksi Covid-19," katanya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, katanya, tidak memasukkan hipertensi sebagai faktor risiko penyebab keparahan penyakit Covid-19. Menurut Erwinanto, faktor yang memengaruhi angka kematian akibat Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh hipertensi seperti penyakit jantung, strok, dan gagal ginjal.
"Penyakit yang disebabkan hipertensi ini yang memengaruhi fatalitas Covid-19, tapi hipertensinya tidak termasuk," katanya.
Karena itu, Erwinanto menganjurkan penderita hipertensi tetap mengonsumsi obat-obatan yang direkomendasikan oleh dokter untuk menurunkan risiko mengalami sakit ginjal kronik, sakit jantung, dan strok. "Setiap peningkatan 20/10 mmHg akan meningkatkan risiko jantung koroner dua kali lebih tinggi. Semakin pasien tua, semakin tinggi risikonya. Hal yang sama terjadi juga pada stroke," katanya.