REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Roket Long March 5 milik China yang juga dikenal dengan nama CZ-5B akan jatuh ke Bumi. Namun, tidak ada yang tahu pasti kapan dan di mana roket berat itu akan mendarat.
Beberapa pekan lalu, tahap kedua roket SpaceX Falcon 9 masuk kembali ke atmosfer Bumi tanpa terkendali, setelah meluncurkan satelit telekomunikasi Starlink untuk perusahaan milik Elon Musk itu.
Roket tersebut tampak menerangi langit malam, dan terlihat jelas dari wilayah pemukiman di negara bagian Portland dan Washington di Amerika Serikat (AS).
Sekarang, para ahli penerbangan luar angkasa memperkirakan tahapan inti roket China, Long March 5 juga akan mengalami hal serupa dalam beberapa hari ke depan, yaitu masuk kembali ke atmosfir Bumi tanpa terkendali.
Pada fase ini, sulit untuk memastikan akurasi hingga 100 persen bagaimana, di mana, dan kapan potongan roket yang juga dikenal dengan nama Chang Zheng-5B (CZ-5B) itu akan jatuh di Bumi. Namun, Badan Antariksa Eropa (ESA) mengaku sedang melacak perkembangannya.
Kepada DW, kantor urusan sampah luar angkasa dari ESA mengatakan, roket inti CZ-5B adalah yang terberat dari jenisnya dalam lebih dari 20 tahun belakangan. Tetapi mereka mengatakan "massa sebenarnya [dari roket] itu tidak diketahui,” sehingga sulit untuk mendapatkan akurasinya.
"Fakta terkait massa roket ini menjadi penting, karena biasanya badan antariksa ingin mengontrol cara bagaimana pesawat ruang angkasa keluar dari orbitnya, apakah itu bagian dari roket atau satelit tua, dan kapan serta dimana jatuhnya", kata kantor urusan sampah ruang angkasa ESA.
Dan karena roket Long March 5 milik China tampaknya secara desain, menggunakan reentri ke atmosfir Bumi yang tidak terkendali, hal ini membuat komunitas antariksa dunia lainnya menaruh perhatian dan menanti dengan was-was. China dilaporkan telah melakukan hal serupa sebelumnya dengan roket CZ-5B pada Mei 2020 lalu.
Roket peluncur obyek berat
Roket Long March 5 milik China dikenal sebagai "wahana angkat berat”. Mirip seperti Falcon 9 milik Space-X, Ariane 5 milik ESA, atau keluarga Delta IV dari United Launch Alliance, roket tersebut mampu mengangkut barang-barang berat ke luar angkasa.
Roket CZ-5B itu sebelumnya membawa modul pertama stasiun antariksa China, dikenal dengan nama "Tianhe” (Harmoni Surga), untuk kebutuhan stasiun luar angkasa modular baru milik China. Tianhe disebut-sebut akan menjadi pusat kendali untuk stasiun luar angkasa Cina bernama Tiangong.
"Desain CZ-5B tidak dijelaskan secara rinci dalam sumber publik, tetapi diperkirakan berbentuk silinder dengan dimensi 5 x 33,2 meter dan massa kering sekitar 18 metrik ton (19,8 ton),” tulis ESA dalam pernyataannya kepada DW.
Kembalinya roket diselimuti ketidakpastian...