Jumat 07 May 2021 18:40 WIB

Studi: Kesehatan Mental Anak Buruk Selama Pandemi

Anak-anak butuh dukungan dari orang tua terkait kesehatan mental.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Nora Azizah
Sebuah studi dari Universitas Oxford, Inggris mengungkapkan mental anak-anak terpukul serius selama pandemi Covid-19.
Foto: republika.co.id
Sebuah studi dari Universitas Oxford, Inggris mengungkapkan mental anak-anak terpukul serius selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi dari Universitas Oxford, Inggris mengungkapkan mental anak-anak terpukul serius selama pandemi Covid-19. Sebab, ruang mereka terbatas dan hanya belajar di rumah saja. Maka dari itu, mereka butuh dukungan dari orang terdekat terutama keluarga.

"Kesehatan mental anak-anak dan remaja telah terpengaruh secara negatif selama pandemi. Sangat penting untuk memprioritaskan kesejahteraan mereka, dan khususnya, mengidentifikasi mereka yang terus mengalami kesulitan yang signifikan dan memerlukan dukungan mendesak lebih lanjut," kata Profesor Psikologi Klinis di Universitas Oxford Polly Waite dikutip dari forbes.com, Jumat (7/5).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan tingkat gejala kesehatan mental tertinggi tercatat pada Juni 2020 dan Februari tahun ini, ketika pembatasan (lockdown) di Inggris mencapai puncaknya. Anak-anak yang lebih muda mereka yang berusia empat hingga 10 tahun mengalami lebih banyak perubahan dalam kesulitan perilaku, emosional dan perhatian yang dilaporkan, sementara tingkat kesulitan yang dilaporkan di antara anak-anak berusia 11 hingga 16 tahun lebih stabil.

"Kesulitan yang dilaporkan berkurang karena pembatasan telah dilonggarkan dan anak-anak telah kembali belajar secara langsung. Tetapi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus atau mereka dari latar belakang yang kurang beruntung lebih mungkin untuk terus mengalami kesulitan kesehatan mental," kata dia.

Penemuan ini didasarkan pada hasil laporan orang tua dan remaja yang dilaporkan sendiri yang diukur dengan Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan, alat skrining perilaku yang banyak digunakan dan divalidasi dengan baik.

“Studi ini secara konsisten menyoroti dampak pandemi yang tidak setara pada kelompok anak-anak dan remaja tertentu, seperti mereka dengan kebutuhan pendidikan khusus dan disabilitas serta anak-anak yang tinggal dalam keluarga berpenghasilan rendah,” kata dia.

Ia menyarankan pihak sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman untuk anak-anak dan remaja yang telah melalui pengalaman traumatis dan menawarkan bantuan kepada mereka.  Ini harus berarti perpindahan yang kuat dari penekanan saat ini pada pendekatan hukuman terhadap perilaku dan disiplin di sekolah. 

Penelitian ini akan terus berlangsung untuk melacak kesehatan mental anak-anak dan remaja selama pandemi Covid-19. "Kami akan terus mengumpulkan data untuk memantau bagaimana tingkat kesulitan dan kebutuhan akan dukungan berubah seiring perkembangan pandemi," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement