REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serajin apakah pekerja dalam home office? Program komputer ada yang bisa lakukan pengamatan, tapi ada cara lain yang lebih baik bagi pekerja dan perusahaan.
Masa pandemi adalah masa bekerja dari rumah. Banyak orang menyangka, homeoffice atau bekerja di rumah adalah sesuatu yang menyenangkan. Pagi hari santai baca koran dulu. Atau bekerja sambil tiduran juga bisa.
Tapi banyak atasan menganggap itu tidak bagus bagi perusahaan. Sebelum pandemi, atasan sering mengontrol, apakah pekerjanya rajin dan efektif. Tapi sekarang, sekitar 30 persen pegawai di seluruh dunia melakukan homeoffice.
Bagaimana mengukur prestasi kerja?
Piranti lunak khusus bisa mengukur siapa yang paling rajin, siapa yang bicara lama di telepon, selain itu, apa yang dikatakan di telepon. Ketikan pada keyboard, dan klik pada mouse dicatat.
Ada juga majikan yang membuat screenshot dari pekerjanya, atau merekam dengan kamera.
Di Jerman, program-program seperti itu dilarang, karena masalah perlindungan data. Tapi di banyak negara lain, piranti lunak semacam itu sekarang banyak digunakan. Tapi, seberapa jauh atasan atau perusahaan bisa mengawasi pekerjanya? Apa kata Serikat Buruh?
Christy Hoffman, Sekretaris Jenderal Uni Global Union, atau persatuan serikat pekerjaglobal mengungkap, pekerja biasa dimonitor sampai batas tertentu. Dalam hal produktifitas atau laporan harian pekerjaan mereka. "Tapi masalahnya sebagian sistem pengawasan tidak menghormati hak-hak kebebasan sama sekali."