Selasa 18 May 2021 09:31 WIB

Popularitas Netanyahu di Atas Darah Warga Palestina

Netanyahu menjadi perdana menteri Israel terlama Israel yang memimpin sejak 2009.

 Warga Palestina menghadiri pemakaman dua wanita dan delapan anak keluarga Abu Hatab di Kota Gaza, yang tewas setelah serangan udara Israel, Sabtu, 15 Mei 2021.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Warga Palestina menghadiri pemakaman dua wanita dan delapan anak keluarga Abu Hatab di Kota Gaza, yang tewas setelah serangan udara Israel, Sabtu, 15 Mei 2021.

Oleh : Teguh Firmansyah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Israel kembali menyerang Jalur Gaza pada Senin, 10 Mei 2021 lalu. Serangan ini disebut sebagai aksi balasan terhadap roket-roket Hamas yang ditembakkan dari Jalur Gaza.  

Hamas marah atas ulah pasukan Israel yang menodai kesucian Masjid Al-Aqsa pada hari-hari terakhir di bulan Ramadhan. Bagaimana tidak, pasukan Israel menembaki jamaah dengan pelurut karet dan granat kejut di tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Salah satu sosok yang paling berperan dalam serangan Israel ke Jalur Gaza adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Selama ini, Netanyahu menikmati ketenarannya di kalangan sayap kanan Israel dan ekstremis Yahudi yang sangat membenci Arab dan Palestina. Mereka menginginkan semua wilayah di Tepi Barat maupun Yerusalem menjadi milik bangsa Israel.

Pada Selasa, 2 Mei 2021, lima hari sebelum serangan Israel ke Gaza, Netanyahu bersama Partai Likud gagal membentuk pemerintahan. Ia tak mampu merangkul partai koalisi setelah diberi kesempatan selama 28 hari. Dengan kegagalan itu, maka kesempatan akan diberikan kepada partai selanjutnya yang meraih suara terbanyak dalam pemilu.

Jika partai kedua gagal, maka akan terbuka peluang untuk menggelar pemilihan umum baru. Artinya apa, serangan Israel ke Jalur Gaza tentu berpotensi besar  memberikan dampak positif bagi popularitas Netanyahu.

Israel kembali mempunyai 'musuh' bersama menghadapi bangsa Palestina dan tekanan dunia Arab. Dalam pernyataan pada Ahad (16/5), Netanyahu bahkan menyebut serangan penuh akan dilakukan terhadap Gaza. Gempuran  ini sebagai harga yang harus dibayar mahal oleh Hamas.

Di dalam negeri, Netanyahu memiliki sejumlah masalah hukum. Bibi, sapaan akrab Netanyahu, didakwa atas tiga kasus korupsi. Pertama yakni tuduhan bahwa ia dan istrinya menerima hadiah ilegal. Kedua tudingan bahwa ingin mencoba memberikan liputan yang menguntungkan untuk media tertentu. Ketiga yakni skandal kapal selam. Netanyahu berulangkali membantah terlibat dalam pidana.

Posisi perdana menteri akan menguntungkan Netanyahu dalam melawan kasus-kasus hukum tersebut. Sebagai perdana menteri, ia bisa meminta kekebalan hukum ke Knesset.

Pada 2019, ketika popularitasnya dikabarkan menurun jelang pemilu, ia juga mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan internasional.  Ia menjanjikan akan mencaplok wilayah tepi Barat lebih luas dan mendirikin pemukim ilegal Israel. Tak sia-sia, janji itu membuat Netanyahu kembali terpilih.

Di bawah Netanyahu, pemukim Israel mendapatkan angin segar.  Mereka dengan leluasa menggusur tanah warga Palestina. Kasus terakhir yang membuat perhatian dunia internasional yakni, penggusuran rumah warga Palestina di Sheikh Jarrah. Kasus ini juga ikut memanaskan kondisi di Yerusalem dan sejumlah wilayah Palestina lainnya.

Pada Juli 2014, atau delapan bulan jelang pemilu Israel, Netanyahu pun memerintahkan untuk menggempur Jalur Gaza. Israel lagi-lagi beralasan bahwa operasi militer ini merupakan aksi balasan atas roket Hamas dan penculikan serta pembunuhan tiga remaja Israel. Perang berlangsung selama 50 hari. Setidaknya 2.251 warga Palestina gugur. Di pihak Israel 67 tentara dan 6 warga sipil tewas.

Berkaca dari tragedi tersebut, dapat terlihat bahwa popularitas yang dinikmati Netanyahu berdiri di atas penjajahannya terhadap bangsa Palestina. Ia meraih dukungan suara di atas darah warga Palestina yang gugur mempertahankan haknya. Netanyahu kini menjadi perdana menteri terlama yang memimpin Israel sejak 2009.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement