Rabu 19 May 2021 11:02 WIB

Google Luncurkan AI Deteksi Kondisi Kulit

Kondisi bisa diketahui berdasarkan gambar yang diunggah oleh pasien.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nora Azizah
Google meluncurkan alat yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mengenali kondisi kulit, rambut, dan kuku.
Foto: Flickr
Google meluncurkan alat yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mengenali kondisi kulit, rambut, dan kuku.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Google meluncurkan alat yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mengenali kondisi kulit, rambut, dan kuku. Kondisi bisa diketahui berdasarkan gambar yang diunggah oleh pasien.

Uji coba alat bantu dermatologi yang diluncurkan pada konferensi pengembang tahunan raksasa teknologi itu, Google IO, akan diluncurkan akhir tahun ini, kata Google dilansir di BBC, Rabu (19/5).

Baca Juga

Aplikasi ini telah dianugerahi tanda CE untuk digunakan sebagai alat medis di Eropa. Seorang ahli kanker mengatakan kemajuan AI dapat memungkinkan dokter untuk memberikan perawatan yang lebih disesuaikan dengan pasien.

Menurut Google, AI ini dapat mengenali 288 kondisi kulit tetapi tidak dirancang sebagai pengganti diagnosis dan perawatan medis. Perlu waktu tiga tahun untuk mengembangkannya, dan telah dilatih pada kumpulan data 65 ribu gambar kondisi yang didiagnosis, serta jutaan gambar yang menunjukkan tanda yang dikhawatirkan orang, dan ribuan gambar kulit yang sehat, dalam semua corak dan warna.

Selain menggunakan gambar, aplikasi ini juga meminta pasien untuk menjawab serangkaian pertanyaan secara online. Hal ini berdasarkan pada alat sebelumnya yang dikembangkan oleh Google untuk belajar mengenali gejala kanker dan tuberkulosis tertentu.

Saat ini tidak ada alat yang disetujui sebagai alternatif diagnosis pada manusia. Google mengatakan ada sekitar 10 miliar pencarian untuk masalah kulit, rambut dan kuku di mesin pencari setiap tahun.

Bantuan Dermatologi belum diberikan izin oleh Badan Obat-obatan dan Makanan AS (FDA) untuk digunakan di AS, tetapi model pembelajaran mesin serupa yang dibuat oleh perusahaan Inggris Optellum baru-baru ini disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai asisten dalam diagnosis penyakit kanker paru-paru.

Profesor Tim Underwood, kepala ilmu kanker di University of Southampton, mengatakan alat semacam itu berpotensi memberikan perawatan yang lebih disesuaikan untuk pasien.

"Penerapan AI, baik pada kanker dan di bidang pengobatan lainnya, menginformasikan percakapan seputar apa diagnosisnya dan pengobatan apa yang ditawarkan kepada seseorang," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement