Kamis 20 May 2021 06:36 WIB

Siapa Non-Yahudi Pendukung Israel di Amerika, dan Kenapa?

Dari 14 juta Yahudi di seluruh dunia, hanya separuhnya tinggal di Amerika.

Israel dan Amerika: Israel anak emas Amerika Serikat.
Foto: google.com
Israel dan Amerika: Israel anak emas Amerika Serikat.

Oleh : Hadi Susanto, Professor of Applied Mathematics di University of Essex Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, --- Saya tidak tinggal lama di Amerika. Hanya dua tahun mengajar di University of Massachussetts (UMass), di Kota Amherst. 

Massachussetts adalah negara bagian Amerika yang secara politik paling liberal dan socially progressive. Karenanya, pandangan masyarakatnya lebih bebas (contoh: Massachussetts adalah negara bagian pertama yang mengakui pernikahan sejenis) dan karenanya pula di sisi lain mereka paling ramah terhadap pendatang.

Selama di Amerika, saya banyak berinteraksi dengan orang-orang Yahudi. Mulai dari mahasiswa di kelas, sampai kolega dosen. Dari yang ortodoks pakai kippah (topi Yahudi bundar kecil yang numpang di kepala), sampai yang Yahudi sekuler alias cuma 'numpang nama'. Dari yang Zionis, sampai justru yang pro-Palestina. 

Saya pernah pula mewakili komunitas Muslim Amherst, duduk bersama rabbi Yahudi dalam acara interfaith dialogue. Waktu giliran saya bicara, saya mengutip al-Maidah ayat 32 tentang bagaimana Islam menghargai nyawa satu manusia. 

Yang 'tidak enak' dari ayat itu ada pada bagian: "Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka (Bani Israil) dengan keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi, kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi." 

Kenapa tidak enak? Ya masa' di depan rabbi kita bilang kakek nenek moyang dia suka menyalahi perintah ilahi?

Pernah pula saya beberapa kali mengisi kuliah tamu di kelas Middle Eastern Studies. Saya bicara tentang Islam dan Indonesia. Dosen pengampu mata kuliah yang mengundang saya sih ramah-ramah, tapi pas bagian tanya-jawab dengan mahasiswa itu yang kadang bikin panas di telinga. 

Dari sekian pengalaman selama di sana, salah satu yang paling berkesan adalah saat istri dan saya bisa hadir di kuliah umum Dr Norman Finkelstein, political scientist terkenal ahli konflik Israel-Palestina. 

Dia sangat keras mengkritik zionisme walau dia sendiri keturunan Yahudi korban Nazi. Saking vokalnya, dia diadang jaringan Yahudi untuk bisa promosi naik ke jenjang guru besar hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia akademi.

Sebagaimana biasanya: acara yang mengkritik Israel pasti dipenuhi demo mahasiswa. Begitu juga dengan kuliah umum Dr Finkelstein yang diadakan di sebuah aula besar di kampus UMass itu. 

Yang menarik, ada pendemo yang mengamati kami yang wajahnya paling beda dari hadirin lainnya. Dia kemudian mendatangi kami dan berkata, "Kami tidak memusuhi Islam dan Muslim, tapi kami menentang antisemitisme."

Aha! Antisemitisme: tuduhan standar bagi siapa pun yang mengkritik Israel.

Saya tidak akan pernah mengeklaim saya tahu banyak tentang Yahudi di Amerika. Tapi, saya berani bilang kalau selama dua tahun itu saya belajar bagaimana istimewanya posisi mereka di sana.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement