Kamis 20 May 2021 17:21 WIB

Gunung Es Seluas Pulau Madura Pecah di Antartika

Gunung es seluas 4.320 kilometer persegi pecah di Antartika.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Gunung es.    (ilustrasi)
Foto: AP
Gunung es. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bongkahan es berbentuk seperti jari yang memiliki panjang 105 mil (170 kilometer) dan lebar 15 mil (25 kilometer) terlihat dari satelit di sisi barat Ranne Ice Shelf di Antartika. Temuan ini diumumkan oleh Badan Antartika Eropa (ESA).

Dilansir Live Science, gunung es mengambang bebas di laut Weddell, sebuah teluk besar di barat Antartika. Itu adalah tempat para penjelajah, seperti Ernest Shackleton pernah kehilangan kapalnya.

Baca Juga

Gunung es seluas 1.667 mil persegi (4.320 kilometer persegi) atau seluas Pulau Madura yang kini disebut A-76 tertangkap oleh oleh Copernicus Sentinel dari Uni Eropa, sebuah konstelasi dua satelit yang mengorbit kutub bumi.

Satelit mengkonfirmasi pengamatan sebelumnya yang dilakukan oleh Survei Antartika Inggris. Lembaga itu merupakan organisasi pertama yang memperhatikan pemisahan tersebut.

Karena lapisan es tempat terbentuknya gunung es sudah mengapung di atas air, kejadian yang ada tak akan berdampak langsung pada permukaan laut. Namun, rak es membantu memperlambat aliran gletser dan aliran es ke laut.

Menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC) hal ini secara tidak langsung, hilangnya sebagian lapisan es pada akhirnya berkontribusi pada naiknya air laut.

NSIDC juga mengatakan bahwa benua Antartika, yang memanas lebih cepat daripada bagian planet lainnya, menampung cukup air beku untuk menaikkan permukaan laut global hingga 200 kaki (60 meter). Para ilmuwan tidak berpikir bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menyebabkan melahirkan A-76 atau pendahulunya di dekatnya, A-74.

"A76 dan A74 hanyalah bagian dari siklus alami di rak es yang tidak menghasilkan sesuatu yang besar selama beberapa dekade," ujar Laura Gerrish, seorang peneliti di British Antarctic Survey, melalui jejaring sosial Twitter.

Gerrish mengatakan penting untuk memantau frekuensi semua pembentukan gunung es. Satelit akan terus melacak gunung es baru, seperti yang telah dilakukan untuk A-68A, yang sebelumnya mencetak rekor menjadi untuk gunung es terbesar di dunia.

Setelah memisahkan diri dari lapisan es Antartika pada 2017, A-68A terlepas oleh arus laut pada 2020 dan nyaris bertabrakan dengan Pulau Georgia Selatan, tempat berkembang biak bagi anjing laut dan penguin. Gunung berbahaya itu pecah menjadi puluhan bagian sebelum menyebabkan kerusakan.

Rak Es Ronne, yang melahirkan gunung es baru-baru ini, sebagian besar terhindar dari masuknya air hangat yang mengganggu siklus alami pembentukan kembali dan pertumbuhan es di Antartika. Meski demikian, tidak semua bagian Antartika Barat seberuntung itu.

Pada April, dilaporkan bahwa Gletser Thwaites atau Gletser ‘kiamat’ ditemukan mencair lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini disebabkan arus air hangat dari timur mengikis ‘titik penjepit’ penting yang menjangkar gunung ke tanah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement