REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) University Hardinsyah menilai puasa Syawal bermanfaat dalam merawat kondisi tubuh. Puasa syawal juga sebagai momentum pengendalian diri setelah sebulan penuh berpuasa.
"Anjuran puasa Syawal ini membuat manusia yang telah melaksanakan puasa Ramadhan berpikir apakah mengendalikan diri atau tidak," ujar Guru Besar IPB University ini dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (20/5).
Puasa Syawal termasuk salah satu anjuran puasa sunah (sunah Muakkad) yang dikerjakan usai merayakan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Meski hukum menjalankan puasa Syawal itu adalah sunah, tetapi puasa Syawal ini memiliki keutamaan tersendiri selain dari faktor kesehatan, tentunya memperoleh pahala.
Dalam sebuah hadist menyatakan bagi siapa saja yang melaksanakan puasa Syawal mendapat pahala puasa selama setahun penuh setelah puasa Ramadhan."Imbalan pahala yang diberikan Tuhan dahsyat sekali. Semoga upaya kita merawat kedisiplinan yang baik ini sampai pada Ramadhan berikutnya," kata dia.
Puasa Syawal juga seolah menjadi pengingat agar umat Islam selalu waspada dan tidak berlebihan dalam hal makanan dan minuman, setelah merayakan Idul Fitri. Maka dari itu, puasa Syawal juga melatih diri konsisten dalam kedisiplinan diri.
"Ini momen untuk tetap melanjutkan kedisiplinan. Puasa Syawal juga dapat menjadi momen untuk latihan puasa Senin-Kamis. Bisa juga diterapkan untuk memulai puasa berselang (intermitten fasting) dalam Islam disebut puasa Daud atau bahasa asingnya puasa 101," katanya.
Ia pun membagikan tips bagi mereka yang akan melaksanakan puasa Syawal. Jika mereka yang bertubuh kurus dan ingin melaksanakan puasa Syawal maka perlu diperhatikan dengan baik agar makan malam, makan sahur, serta berbuka dengan jumlah yang cukup dan dapat mencadangkan energi dan gizi.
"Upayakan bisa meningkatkan berat badan dengan otot yang proporsional," katanya.
Sementara bagi yang gemuk, selain mencari pahala, momen puasa Syawal bisa dimanfaatkan untuk menurunkan berat badan, tentunya dengan asupan gizi yang diatur. Bagi yang gemuk disarankan sahurnya sedikit saja, bisa seperempat atau setengah dari sarapan biasanya. Jika perlu hanya makan kurma dengan satu snack dan buah berserat disertai dua gelas minum sudah memadai.
"Pada saat siang hari tubuh mengalami kondisi kurang energi, maka cadangan glikogen dan lemak kita mulai digunakan oleh tubuh. Bila ini terjadi berkali-kali maka lemak tubuh berkurang dan tubuh menjadi ramping," kata dia.
Sementara untuk orang dengan penyakit tertentu, ibu hamil dan ibu menyusui agar memperhatikan kondisi tubuhnya jika ingin melakukan puasa Syawal."Lagi-lagi kalau sakit harus konsultasi kepada dokter. Begitu juga dengan ibu hamil dan menyusui, perlu introspeksi diri apakah kehamilannya sehat atau tidak, ibunya mengalami kurang gizi yang kronik apa tidak, jadi jangan memaksakan diri," katanya.