Sabtu 22 May 2021 04:50 WIB

Makanan Ultra Proses Ternyata Bisa Picu Kanker

Makanan ultra proses mengandung komponen yang bisa memicu kanker.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Makanan ultra proses mengandung komponen yang bisa memicu kanker.
Foto: ECHINACITIES
Makanan ultra proses mengandung komponen yang bisa memicu kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan ultra proses seperti keripik kentang hingga keju dan permen merupakan jenis makanan yang populer karena kelezatan rasanya. Namun di balik itu, makanan ultra proses kerap mengandung komponen-komponen yang dapat memicu beberapa penyakit tidak menular dan kronis, termasuk kanker.

Dalam buku Metabolical, ahli neuroendokrin pediatrik Robert H Lustig MD MDL mengatakan makanan ultra proses kerap diperkaya oleh gula, minyak terhidrogenasi parsial, dan nitrat. Lustig mengungkapkan bahwa ketiga kandungan tersebut bisa memicu terjadinya penyakit seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan bahkan kanker di kemudian hari.

Baca Juga

"Nitrat diubah di usus pertama kali menjadi nitrit, kemudian menjadi nitrosoureasm, yang dikenal sebagai karsinogen dan menyebabkan kanker kolon," pungkas Lustig, seperti dilansir EatThis, Sabtu (22/5).

Nitrat kerap ditemukan dalam daging yang diawetkan seperti //pancetta// atau salami dan daging olahan lain seperti daging asap, dendeng sapi, dan sosis. Berdasarkan penelitian terbaru, nitrat ini juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.

Makanan ultra proses lain seperti karbohidrat olahan juga dapat memicu terjadinya pelepasan insulin dan resistensi insulin. Insulin merupakan faktor pertumbuhan yang dapat membuat sel-sel kanker bertumbuh.

"Glukosa merupakan bahan bakar utama mereka (sel-sel kanker)," ujar Lustig.

Beberapa jenis kanker seperti kanker pankreas sangat menyukai fruktosa. Fruktosa akan membuat kanker tersebut menjadi lebih kuat dan berbahaya.

"Jadi, meski gula bukan penyebab spesifik dari diferensiasi sel kanker, gula merupakan pendorong utama pertumbuhan sel kanker," papar Lustig.

Dengan tidak melibatkan masa pandemi Covid-19, selama 50 tahun terakhir terjadi pergeseran tren dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Lustig mengatakan penyakit-penyakit tidak menular merupakan penyakit mitokondria.

Saat ini, sudah ada bukti bahwa makanan ultra proses dapat mengganggu mitokondria untuk menyebabkan penyakit kronis. Dengan kata lain, lanjut Lustig, makanan telah berubah dari penyedia kesehatan menjadi penyebab penyakit.

"Inti masalahnya bukan pada makanan, tetapi apa yang diperbuat pada makanan sehingga membuatnya menjadi beracun," ungkap Lustig.

Agar terhindar dari dampak buruk ini, Lustig menganjurkan orang-orang untuk beralih dari makanan ultra proses ke makanan minim atau tak diproses, bebas zat kimia tambahan, dan kaya zat gizi (real food). Lustig mengatakan real food merupakan makanan yang berasal dari tanah atau hewan yang menyantap makanan yang berasal dari tanah.

Real food tidak mencakup hewan yang diberi pakan olahan atau zat kimia tambahan. Hewan seperti ini dapat menjadi ancaman berat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement