Ahad 23 May 2021 09:57 WIB

Perbedaan Mendasar Menopause dan Perimenopause

Menopause dan perimenopause merupakan dua fase yang tak bisa dihindari perempuan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Menopause dan perimenopause merupakan dua fase yang tak bisa dihindari perempuan.
Foto: beautyheaven.com.au
Menopause dan perimenopause merupakan dua fase yang tak bisa dihindari perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menopause dan perimenopause merupakan dua fase yang tak bisa dihindari oleh perempuan. Di fase-fase ini, perempuan akan mengalami perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek, baik itu aspek hormonal, fisik, hingga mental.

Meski memiliki nama yang mirip, menopause dan perimenopause merupakan dua hal yang berbeda. Perimenopause merupakan istilah yang ditujukan untuk masa-masa sebelum perempuan mencapai tahap menopause.

Baca Juga

Perimenopause bisa terjadi beberapa bulan dan bahkan beberapa tahun sebelum menopause. Waktu ini akan sangat bervariasi pada tiap perempuan.

Di tahap ini, tubuh perempuan akan mulai memproduksi homron estrogen dan progesteron lebih sedikit. Perubahan ini akan memicu terjadinya beberapa reaksi fisik dan emosional.

Tidak ada usia pasti bagi seorang perempuan untuk mengalami perimenopause. Oleh karena itu, cukup sulit bagi perempuan untuk mengetahui apakah mereka sedang memasuki tahap perimenopause atau tidak.

Sedangkan menopause merupakan istilah yang ditujukan untuk kondisi di mana perempuan tak lagi mengalami menstruasi selama minimal 12 bulan. Pada sebagian besar perempuan, menopause terjadi secara alami.

Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya menopause. Beberapa di antaranya adalah pengangakatan ovarium, kemoterapi, dan terapi radiasi lain. Tak ada usia tertentu yang dapat menjadi patokan bagi seorang perempuan untuk mengalami menopause.

Gejala pada menopause dan perimenopause cukup mirip, seperti dilansir Health Digest, Ahad (23/5). Pada menopause, beberapa gejala yang bisa terjadi adalah berhentinya menstruasi, muncul sensasi hot flashes dan cold flashes, berkeringat di malam hari, dan kesulitan tidur.

Perempuan yang mengalami menopause juga bisa mengalami gejala berupa vagina kering. Selain itu, gejala menopause juga bisa mencakup depresi dan perubahan suasana hati yang cepat (mood swings).

Perimenopause juga bisa mencakup sebagian atau seluruh gejala yang ada pada menopause. Selain itu, perempuan yang memasuki tahap perimenopause dapat mengalami gejala seperti menstruasi tidak teratur, kulti kering, nyeri payudara, sakit kepala, jantung berdebar, mata kering, kenaikan berat badan, daya ingat menurun, dan rambut menipis.

Ada beberapa opsi terapi yang bisa diberikan kepada perempuan menopause atau perimenopause. Salah satu di antaranya adalah terapi hormon menopause untuk meredakan gejala pada sebagain perempuan.

Akan tetapi, terapi hormon menopause dapat meningkatkan risiko strok, serangan jantung, dan sumbatan darah. Risiko kanker payudara juga bisa meningkat setelah lima tahun terapi hormon menopause. Oleh karena itu, pemilihan terapi homron menopause perlu dipertimbangan dengan hati-hati.

Sebagian perempuan juga kerap memanfaatkan obat-obatan tradisional untuk meredakan gejala menopause dan perimenopause. Salah satunya adalah black cohosh yang diyakini dapat membantu meringankan gejala hot flashes.

Yoga dan akupuntur juga kerap menjadi pilihan. Keduanya dinilai dapat membantu meringankan stres yang dialami oleh perempuan menopause atau perimenopause. Terkait pilihan terapi, perempuan sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan jenis terapi yang tepat sesuai kondisinya sendiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement