Selasa 25 May 2021 12:57 WIB

Studi: Sebagian Anak Alami Gejala Covid-19 Lebih Parah

Studi menyebut sebagian anak merespons Covid-19 lewat gejala yang disebut MIS-C

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengamen badut memakaikan masker pada anaknya di kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Selasa (9/2/2021). Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mengungkapkan bahwa anak yang positif COVID-19 usia 0-18 tahun sebanyak 82.710 orang atau 11 persen dari pasien dewasa dengan korban meninggal sebanyak 568 orang atau 2,6 persen dari pasien dewasa yang meninggal dunia.
Foto: ANTARA /M Risyal Hidayat
Pengamen badut memakaikan masker pada anaknya di kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Selasa (9/2/2021). Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mengungkapkan bahwa anak yang positif COVID-19 usia 0-18 tahun sebanyak 82.710 orang atau 11 persen dari pasien dewasa dengan korban meninggal sebanyak 568 orang atau 2,6 persen dari pasien dewasa yang meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengungkapkan anak-anak yang terkena Covid-19 akan mengalami gejala yang lebih parah seperti demam, sakit perut masalah kardiovaskular dan neurologis. Namun, hal ini masih diteliti lebih lanjut.

Dilansir dari betactvnews.ca pada Selasa (25/5), respons inflamasi multi-sistem (MIS-C) adalah suatu kondisi yang memengaruhi satu dari 1.000 anak dan terjadi ketika berbagai bagian tubuh termasuk. Namun, tidak terbatas pada jantung, paru-paru dan kulit meradang. Gejala kondisi ini dapat berupa demam, sakit perut, masalah kardiovaskular dan neurologis.

MIS-C dapat berkembang dan menunjukkan respons empat hingga enam minggu setelah seorang anak tertular Covid-19. Dijelaskannya sampel darah dianalisis dari anak-anak yang mengidap MIS-C dan dari anak-anak yang tidak memiliki kondisi tersebut, serta sampel dari orang dewasa yang telah dites positif Covid-19 dan orang dewasa yang mengidap penyakit tersebut tidak tertular virus. Dari analisis tersebut, ditemukan anak-anak dengan MIS-C memiliki ciri khas sistem kekebalan yang berbeda dari kelompok lain.

"Anak-anak yang didiagnosis dengan MIS-C menunjukkan tingkat alarmin yang lebih tinggi, yaitu molekul dalam sistem kekebalan yang memberikan respons langsung terhadap infeksi. Kekebalan bawaan mungkin lebih aktif pada anak-anak yang terinfeksi virus. Tapi di sisi lain, dalam kasus yang jarang terjadi, hal itu mungkin terlalu meningkat dan berkontribusi pada penyakit inflamasi ini," kata Asisten Profesor Imunobiologi di Universitas Yale Carrie Lucas.

Melalui penelitian tersebut, Carrie menjelaskan anak-anak yang hidup dengan MIS-C memiliki respon imun yang bereaksi lebih agresif terhadap virus dan daripada menciptakan perlindungan, virus justru menyebabkan sistem imun menyerang jaringan di dalam tubuh.

Dengan peningkatan kasus MIS-C selama pandemi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah melacak korelasi antara anak-anak yang dites positif Covid-19 dan perkembangan MIS-C setelah tertular virus sejak Mei 2020.

Pada 3 Mei 2021, terdapat lebih dari 3.700 kasus anak-anak di AS yang telah dilaporkan mengalami MIS-C dan 35 kematian terkait dengan sindrom tersebut. 99 persen pasien yang didiagnosis dengan MIS-C dinyatakan positif Covid-19 sementara satu persen melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terkena virus.

CDC melaporkan 60 persen anak-anak dengan MIS-C adalah laki-laki dan usia rata-rata pasien yang mengembangkan sindrom tersebut adalah sembilan tahun. Studi tersebut mengatakan jika MIS-C teridentifikasi pada tahap awal dapat diobati, namun jika tidak ditangani dapat berakibat fatal pada anak-anak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement