REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 2021 ini, Hari Raya Waisak dirayakan pada Rabu 26 Mei. Meski masih dalam suasana pandemi, perlu rasanya tetap meneguhkan makna, arti penting, bahkan sejarah dari hadirnya Waisak itu sendiri.
Menilik lebih jauh, dalam buku ‘Sejarah Buddhisme: Dari Awal Hingga Penurunannya di India’ oleh Tobias Lanslor, Willem Brownstock dan Yuri Galbinst, Siddharta Gautama menjadi pendiri dari kehadiran Buddisme itu sendiri.
Berdasarkan sumber awal dan teks, ia lahir di republik kecil Shakya (Pali: Sakka) yang merupakan bagian dari alam Kosala di India Kuno, sekarang menjadi Nepal modern. Meski demikian, teks itu tidak menyebut kehidupan sang Buddha secara lebih jauh. Baru setelah 200 SM, ada berbagai biografi yang mencatat banyak mitos mengenainya.
Bagaimanapun, semua catatan mengutip hal yang sama. Diceritakan, Gautama pada awalnya meninggalkan kehidupan keluarga dan hidup untuk sementara waktu sebagai pertapa sramana dan belajar dengan berbagai guru, sebelum akhirnya mencapai nirwana (kepunahan) dan bodhi (kebangkitan) melalui meditasi.
Dikisahkan, selama 45 tahun sisa hidupnya, ia menjelajahi daratan India tengah dan mengajarkan doktrinnya kepada banyak kasta dan memulai ordo biksu. Pada saat yang sama, dia juga memprakarsai ordo biarawati dan mendesak murid-muridnya untuk menyebarkan ajarannya ke seluruh dunia dengan dialek dan bahasa setempat. Singkat cerita saat kematiannya di usia 80 tahun, dia memiliki ribuan pengikut.
Kini, ajaran Buddha telah menyebar ke banyak penjuru di dunia. Bahkan, telah menyentuh semua sudut Asia, termasuk Indonesia.
Terlepas dari itu semua, kisah hidup Buddha, mulai dari lahirnya pangeran Siddharta, pencapaiannya atas penerangan Agung dan pencapaian Parinibbana, dirayakan oleh komunitas Buddha sebagai Hari Raya Waisak. Hari raya ini kerap kali dirayakan pada Mei, tepatnya waktu terang bulan atau Purnama Sidhi. Dan, memang dikhususkan untuk menjadi hari di mana Trisuci penting itu diperingati.