Kamis 27 May 2021 01:02 WIB

Hati-Hati Kaum Rebahan, Kebiasaan Mager Timbulkan Penyakit

Dokter Ahli gizi meminta warga hindari mager dan mulai bergerak demi jantung

Duduk diam malas bergerak.  Dokter Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals TB Simatupang dari Jakarta Selatan, dr Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK menuturkan bahwa gaya hidup sedentari pada dasarnya adalah kebiasaan malas bergerak atau menetap pada suatu posisi dalam waktu lama serta minim beraktivitas secara fisik/tubuh.
Foto: redorbit.com
Duduk diam malas bergerak. Dokter Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals TB Simatupang dari Jakarta Selatan, dr Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK menuturkan bahwa gaya hidup sedentari pada dasarnya adalah kebiasaan malas bergerak atau menetap pada suatu posisi dalam waktu lama serta minim beraktivitas secara fisik/tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi anda yang sering malas bergerak atau sering kali disebut mager perlu berhati-hati, karena bisa terjebak dalam Sedentary Lifestyle. Dokter Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals TB Simatupang dari Jakarta Selatan, dr Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK menuturkan bahwa gaya hidup sedentari pada dasarnya adalah kebiasaan malas bergerak atau menetap pada suatu posisi dalam waktu lama serta minim beraktivitas secara fisik/tubuh. 

Ia mencontohkan  aktivitas harian lebih sering duduk atau berbaring seperti menonton televisi, bermain gawai dan bekerja di depan komputer atau laptop. Selain itu pergi ke sekolah, kantor atau belanja dengan kendaraan meskipun jaraknya dekat.

"Malas bergerak dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan resiko Penyakit Tidak Menular atau PTM. Misalnya akan menimbulkan penyakit Obesitas, Kolesterol tinggi, Diabetes dan penyakit jantung bahkan Stroke," tutur dr. Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK., melalui edukasi secara langsung  di akun Instagram milik Siloam Hospitals TB Simatupang, Selasa (25/5) di Jakarta.

Adapun istilah 'mager' bukan sesuatu yang asing lagi bagi masyarakat saat ini. "Bahkan penggunaannya sangat umum ditemukan pada percakapan sehari-hari terutama bagi kaum rebahan (istilahnya)," ujar dokter yang akrab disapa Chris itu menambahkan.

Angka kematian lebih tinggi untuk orang yang kurang melakukan aktivitas fisik seperti misalnya, kelamaan duduk akibat sering menonton TV atau bagi yang menjalankan WFH dengan bekerja di depan komputer."Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan dengan asupan yang dikonsumsi dan kalori yang kita keluarkan.

"Yang terjadi adalah lebih seringnya asupan yang masuk tanpa diimbangi dengan olahraga, maka akan berdampak timbulnya berbagai penyakit", tutur dokter Chris memaparkan edukasinya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement