REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pekan terakhir, pesan yang kabarnya berasal dari pernyataan peraih Nobel Luc Montagnier soal vaksin Covid-19 menyebar luas di media sosial maupun aplikasi pesan instan terenkripsi. Di Facebook, misalnya, unggahan yang menjadi viral berasal dari akun Ryan Shough pada 22 Mei 2021.
Unggahannya telah dibagikan lebih dari 1.000 kali. Ia berharap klaim yang mengatakan bahwa "tidak ada peluang untuk bertahan hidup" bagi penerima vaksin Covid-19 adalah kabar yang tidak benar.
"Tidak ada harapan dan tidak ada pengobatan bagi mereka yang telah divaksinasi. Kita harus bersiap untuk mengkremasi jenazah," demikian klaim yang disebut-sebut bersumber dari wawancara dengan Montagnier.
Unggahan tersebut telah ditandai sebagai informasi palsu oleh Facebook. Menurut laporan USA Today, Montagnier memang pernah melontarkan komentar antivaksinasi dan terlibat dalam gerakan tersebut, tetapi dia tak membuat pernyataan seperti yang menyebar luas belakangan ini.
Montagnier merupakan penerima Hadiah Nobel pada 2008 bersama ilmuwan Francoise Barre-Sinoussi berkat penelitiannya mengidentifikasi virus HIV. Montagnier juga terkenal dengan komentar kontroversialnya tentang asal-usul virus corona.
Dalam unggahan di Facebook, Montagnier disebut mengatakan bahwa semua penerima vaksin Covid-19, produksi mana pun, akan meninggal karena antibody dependent enhancement (ADE). Apa itu ADE?