Ahad 30 May 2021 18:08 WIB

Diserang Ransomware, Jaringan Colonial Pipeline Sudah Pulih

Ransomware lumpuhkan sistem jaringan pipa bahan bakar terbesar AS, Colonial Pipeline.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Ransomware lumpuhkan sistem jaringan pipa bahan bakar terbesar AS, Colonial Pipeline.
Foto: pixabay
Ransomware lumpuhkan sistem jaringan pipa bahan bakar terbesar AS, Colonial Pipeline.

REPUBLIKA.CO.ID, GEORGIA -- Pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat (AS), Colonial Pipeline mengatakan telah menyelesaikan gangguan jaringan sementara pada Jumat (28/5). Hal ini hanya beberapa pekan setelah serangan ransomware melumpuhkan pengiriman bahan bakar selama beberapa hari di wilayah tenggara.

Perusahaan itu mengatakan, Colonial sebelumnya pada Jumat (28/5) mengalami masalah jaringan, tetapi memulihkan layanan ke jaringannya. Masalah itu tidak terkait dengan malware. Perusahaan sebelumnya mengatakan pengirim mengalami masalah dalam memasukkan dan memperbarui nominasi untuk pengiriman.

Baca Juga

“Fungsionalitas sistem telah kembali normal,” kata perusahaan itu.

Alasan masalah jaringan tidak segera jelas. Sistem nominasi pengiriman Colonial dioperasikan oleh pihak ketiga, Transport4 milik swasta, atau T4, yang menangani logistik serupa untuk perusahaan jalur pipa lainnya.

T4 pada Jumat (28/5) mengatakan, aplikasinya berfungsi untuk semua pelanggan dan operator. Itu tidak mengomentari masalah jaringan Colonial saat ini dan mengatakan data antara T4 dan Colonial bertransaksi secara normal.

Masalah jaringan hari Jumat (28/5) adalah kejadian kedua dari masalah tersebut sejak serangan di awal bulan. Colonial adalah sistem bahan bakar terbesar di AS, terhitung jutaan barel pengiriman harian ke Pantai Timur dan Tenggara AS.

Tak lama setelah Colonial memulihkan operasi dari peretasan, jaringan mengalami pemadaman singkat yang mencegah pelanggan merencanakan pengiriman yang akan datang di telepon. Saat itu, Colonial mengatakan gangguan tersebut disebabkan oleh upaya perusahaan untuk mengeraskan sistemnya dan bukan akibat infeksi ulang jaringannya.

AS bagian tenggara masih memulihkan diri dari pemadaman enam hari dari awal bulan ini dan masalah pasokan yang diakibatkannya di wilayah tersebut. Sekitar 6.000 pompa bensin masih tanpa bahan bakar pekan ini, menurut perusahaan pelacakan GasBuddy, turun dari puncak lebih dari 16.000.

Hampir 40 persen pompa bensin di ibu kota, Washington, tidak memiliki pasokan pada Kamis (27/5), kata GasBuddy. Lebih dari 20 persen stasiun di North Carolina, Georgia dan South Carolina juga kosong.

Peretasan itu juga meningkatkan harga bensin lebih awal dari yang diharapkan tahun ini. Menjelang akhir pekan Memorial Day, awal tradisi dari musim mengemudi di musim panas, pengendara AS melihat harga bensin tertinggi dalam tujuh tahun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement