REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi COVID-19 telah berhasil membuat dunia perlahan mulai terbuka kembali. Sementara itu, kasus di Amerika belum menurun, justru tetap ada diagnosis baru setiap hari.
Banyak pertanyaan yang kerap muncul, seperti, kapan bisa terbebas dari wabah? Apakah orang yang divaksinasi dapat mengembangkan gejala jangka panjang, bahkan jika tidak menunjukkan risiko?
Dengan begitu banyak pertanyaan di luar sana, laman The Ladders telah menyusun daftar singkat beberapa hal yang masih menempatkan seseorang pada risiko lebih tinggi untuk COVID-19, dilansir Ahad (30/5).
1. Dehidrasi
Air membantu membuang racun dari tubuh. Dengan cara ini, maka akan mendukung sistem kekebalan, membantu tubuh menangkis virus dan penyakit yang tidak perlu.
Salah satu hal paling sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu menangkal COVID-19 dan penyakit lainnya adalah dengan membawa botol air sepanjang hari. Jika telah didiagnosis dengan COVID, tetap bawa air untuk membantu mencegah efek dari buang air besar yang disebabkan virus dan mual.
2. Stres
Seperti yang kita semua ketahui sekarang, stres bisa sangat mengacaukan kimiawi tubuh. Jenis stres apa pun, baik itu radikal bebas dan bahan kimia yang merusak, atau stres mental, dapat menyebabkan peradangan masif dan menghalangi produktivitas sistem fungsi tubuh.
Dengan cara ini, maka dapat menyebabkan tubuh berhenti melawan penyakit dan polusi seefektif mungkin. Beberapa menit mengatir pola pikir atau melakukan yoga, misalnya, dapat membantu mengoptimalkan kemampuan tubuh untuk melawan penyebab stres dan berfungsi sebagai cara untuk secara fisik mengalami penurunan tingkat stres.
3. Masalah tidur
Pastikan Anda punya jumlah tidur yang disarankan secara teratur. Kurang tidur menghambat sistem kekebalan dan dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk gagal jantung, kecemasan, tekanan darah yang tidak menentu, dan masalah pencernaan. Pola tidur atau kekurangan tidur telah dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi tertular virus.
Menurut Institut Jantung, Darah, dan Paru-paru Nasional, kekurangan tidur yang berkelanjutan berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes, dan stroke. Tidak hanya itu, banyak orang yang pulih dari COVID telah melaporkan masalah tidur yang aneh, yang secara perlahan diidentifikasi oleh para ilmuwan sebagai gejala jangka panjang virus.